• Maqam dan Keadaan yang harus dilalui Para Sufi.

  • Kisah Hikayat Ulama Sufi.

  • Kisah Hikayat Para Wali Qutub sepanjang Masa

  • Kisah dan Cerita Lucu Sang Abu Nawas.

New Post

Rss

Senin, 03 Mei 2010
no image

Kisah Si Tolol di Kota Besar

SI TOLOL DI KOTA AGUNG

Ada pelbagai macam kebangunan. Hanya satu yang benar.
Manusia tidur, tetapi ia harus bangun dengan cara yang
benar. Berikut ini adalah kisah tentang Si Tolol yang
bangunnya keliru.

Si Tolol ini datang ke sebuah kota besar, dan ia menjadi
bingung oleh banyaknya orang di jalanan. Ia khawatir kalau
nanti ia bangun dari tidurnya ia tak bisa lagi menemukan
dirinya diantara begitu banyak manusia. Karena itu iapun
mengikatkan seutas tali di mata kakinya agar dirinya mudah
dikenali kembali.

Seorang yang suka bercanda, mengetahui apa yang dikerjakan
Si Tolol itu, menanti sampai ia tidur. Di lepaskannya tali
yang melingkar di kaki Si Tolol, lalu diikatkannya ke
kakinya sendiri. Iapun berbaring di lantai dan tidur. Si
Tolol bangun lebih dahulu; dilihatnya tali itu. Mula-mula
dikiranya orang lain itulah dirinya sendiri. Kemudian ia
menyerang orang itu, sambil teriaknya, "Kalau kau itu
diriku, lalu siapa dan mana pula aku?"

Catatan

Kisah ini, yang juga muncul dalam kumpulan lelucon Mulla
Nasruddin yang dikenal luas di Asia Tengah, direkam dalam
karya klasik kebatinan, Salaman dan Absal, oleh pengarang
dan ahli mistik abad ke lima belas, Abdul Rahman Jami. Ia
datang dari Oxus dan meninggal di Herat setelah mengukuhkan
dirinya sebagai salah seorang tokoh sastra terkemuka dalam
bahasa Parsi.

Jami menimbulkan banyak ketidaksenangan di kalangan ahli
agama karena keterusterangannya, terutama pengakuannya bahwa
ia tidak mempunyai guru kecuali ayahnya sendiri.

------------------------------------------------------------
K I S A H - K I S A H S U F I
Kumpulan kisah nasehat para guru sufi
selama seribu tahun yang lampau
oleh Idries Shah (terjemahan: Sapardi Djoko Damono)
Penerbit: Pustaka Firdaus, 1984
no image

Kisah Sifat Murid

SIFAT MURID

Diceritakan bahwa Ibrahim Khawas, ketika ia masih muda,
ingin mengikuti seorang guru. Iapun mencari seorang bijak,
dan mohon agar diperbolehkan menjadi pengikutnya.

Sang Bijak berkata. "Kau belum lagi siap."

Karena anak muda itu bersikeras juga, guru itu berkata,
"Baiklah, aku akan mengajarimu sesuatu. Aku akan berziarah
ke Mekkah. Kau ikut."

Murid itu teramat gembira.

"Karena kita mengadakan perjalanan berdua, salah seorang
harus menjadi pemimpin," kata Sang Guru "Kau pilih jadi apa?"

"Saya ikut saja, Bapak yang memimpin," kata Ibrahim.

"Tentu aku akan memimpin, asal kau tahu bagaimana menjadi
pengikut," kata Sang Guru.

Perjalananpun dimulai. Sementara mereka beristirahat pada
suatu malam di padang pasir Hejaz, hujan pun turun. Sang
guru bangkit dan memegangi kain penutup, melindungi muridnya
dari kebasahan.

"Tetapi seharusnya sayalah yang melakukan itu bagi Bapak,"
kata Ibrahim.

"Aku perintahkan agar kau memperbolehkan aku melindungimu,"
kata Sang Bijak.

Siang harinya, anak muda itu berkata, "Nah ini hari baru.
Sekarang perkenankan saya menjadi pemimpin, dan Bapak
mengikut saya." Sang gurupun setuju.

"Saya akan mengumpulkan kayu, untuk membuat api," kata
pemuda itu.

"Kau tak boleh melakukan itu; aku yang akan melakukannya,"
kata Sang Bijak.

"Saya memerintahkan agar Bapak duduk Saja sementara saya
mengumpulkan kayu!" kata pemuda itu.

"Kau tak boleh melakukan hal itu," kata orang bijaksana itu;
"sebab hal itu tidak sesuai dengan syarat menjadi murid;
pengikut tidak boleh membiarkan dirinya dilayani oleh
pemimpinnya."

Demikianlah, setiap kali Sang Guru menunjukkan kepada murid
apa yang sebenarnya makna menjadi murid dengan
contoh-contoh.

Mereka berpisah di gerbang Kota Suci. Waktu kemudian bertemu
dengan orang bijaksana itu, Si pemuda tidak berani menatap
matanya.

"Yang kaupelajari itu," kata Sang Bijak, "adalah sesuatu
yang berkaitan dengan sedikit menjadi murid."

Catatan

Ibrahim Khawas ('Si Penganyam Palem') memberi batasan jalan
Sufi sebagai, "Biarkan saja apa yang dilakukan untukmu
dikerjakan orang untukmu. Kerjakan sendiri apa yang harus
kau kerjakan bagi dirimu sendiri."

Kisah ini menggaris-bawahi dengan cara dramatik, perbedaan
antara apa yang dipikirkan calon pengikut tentang bagaimana
seharusnya hubunganya dengan gurunya, dan bagaimana hubungan
tersebut dalam kenyataannya.

Khawas adalah salah seorang di antara guru-guru agung zaman
awal, dan perjalanan ini dikutip oleh Hujwiri dalam
Pengungkapan Yang Terselubung, ikhtisar tertua yang masih
ada tentang Sufisme dalam Bahasa Persia.

------------------------------------------------------------
K I S A H - K I S A H S U F I
Kumpulan kisah nasehat para guru sufi
selama seribu tahun yang lampau
oleh Idries Shah (terjemahan: Sapardi Djoko Damono)
Penerbit: Pustaka Firdaus, 1984
Copyright © Sufi ~ Artikel Ilmu Tasawuf dan Sufisme All Right Reserved
Hosted by Satelit.Net Support Satelit.Net