• Maqam dan Keadaan yang harus dilalui Para Sufi.

  • Kisah Hikayat Ulama Sufi.

  • Kisah Hikayat Para Wali Qutub sepanjang Masa

  • Kisah dan Cerita Lucu Sang Abu Nawas.

New Post

Rss

Minggu, 02 Mei 2010
no image

Kisah Semut dan Capung

SEMUT DAN CAPUNG

Seekor semut yang pikirannya tersusun dalam rencana teratur,
sedang mencari-cari madu ketika seekor capung hinggap
menghisap madu dari bunga itu. Capung itu melesat pergi
untuk kemudian datang kembali.

Kali ini Si Semut berkata,

"Kau ini hidup tanpa usaha, dan kau tak punya rencana.
Karena kau tak punya tujuan nyata ataupun kira-kira, apa
pula ciri utama hidupmu dan kapan pula berakhir?"

Kata Si Capung,

"Aku bahagia, dan aku mencari kesenangan, ini jelas ada dan
nyata. Tujuanku adalah tanpa tujuan. Kau boleh merencanakan
sekehendakmu; kau tak bisa meyakinkanku bahwa ada yang lebih
berharga daripada yang kulakukan ini. Kaulaksanakan saja
rencanamu, dan aku rencanaku."

Semut berpikir,

"Yang tampak padaku ternyata tak tampak olehnya. Ia tahu apa
yang terjadi pada semut. Aku tahu apa yang terjadi pada
capung. Ia laksanakan rencananya, aku laksanakan rencanaku."

Dan semutpun berlalu, sebab ia telah memberikan teguran
sebaik-baiknya dalam masalah itu.

Beberapa waktu sesudah itu, mereka pun bertemu lagi.

Si Semut menemukan kedai tukang daging, dan ia berdiri di
bawah meja tumpuan daging dengan bijaksana, menunggu saja
apa yang mungkin datang padanya.

Si Capung, yang melihat daging merah dari atas, menukik dan
hinggap diatasnya. Pada saat itu pula, parang tukang daging
berayun dan membelah capung itu menjadi dua.

Separoh tubuhnya jatuh di lantai dekat kaki semut itu.
Sambil menangkap bangkai itu dan mulai menyeretnya ke
sarang, semut itu berkata kepada dirinya sendiri.

"Rencananya tamat sudah, dan rencanaku terus berjalan. Ia
laksanakan rencananya -sudah berakhir, Aku laksanakan
rencanaku -mulai berputar. Kebanggaan tampaknya penting,
nyatanya hanya sementara. Hidup memakan, berakhir dengan
dimakan. Ketika aku katakan hal ini, yang mungkin
dipikirkannya adalah bahwa aku suka merusak kesenangan orang
lain."

Catatan

Kisah yang hampir serupa ditemukan juga dalam karya Attar,
Kitab Ketuhanan, meskipun penerapannya agak berbeda. Versi
ini dikisahkan oleh seorang darwis Bokhara dekat makam
Al-Syah, yakni Bahaudin Naqsibandi, enam puluh tahun yang
lalu. Sumbernya adalah buku catatan seorang Sufi yang
disimpan dalam Masjid Agung di Jalalabad.

------------------------------------------------------------
K I S A H - K I S A H S U F I
Kumpulan kisah nasehat para guru sufi
selama seribu tahun yang lampau
oleh Idries Shah (terjemahan: Sapardi Djoko Damono)
Penerbit: Pustaka Firdaus, 1984
no image

Kisah Si lumpuh dan Si Buta

SI LUMPUH DAN SI BUTA

Pada suatu hari seorang lumpuh pergi ke sebuah warung dan
duduk disamping seseorang yang sudah sejak tadi disana.
"Saya tidak bisa datang ke pesta Sultan," keluhnya, karena
kakiku yang lumpuh sebelah ini aku tak bisa berjalan cepat."

Orang disebelahnya itu mengangkat kepalanya. "Saya pun di
undang," katanya, "tetapi keadaanku lebih buruk dari
Saudara. Saya buta, dan tak bisa melihat jalan, meskipun
saya juga diundang."

Orang ketiga, yang mendengar percakapan kedua orang itu,
berkata, "Tetapi, kalau saja kalian menyadarinya, kalian
berdua mempunyai sarana untuk mencapai tujuan. Yang buta
bisa berjalan, yang lumpuh didukung di pungung. Kalian bisa
menggunakan kaki si Buta, dan Si Lumpuh untuk menunjukkan
jalan."

Dengan cara itulah keduanya bisa mencapai tujuan, dan pesta
sudah menanti.

Dalam perjalanan, keduanya sempat berhenti di sebuah warung
lain. Mereka menjelaskan keadaannya kepada dua orang lain
yang duduk bersedih disana. Kedua orang itu, yang seorang
tuli, yang lain bisu. Keduanya juga diundang ke pesta. Yang
bisu mendengar, tetapi tidak bisa menjelaskannya kepada
temannya yang tuli itu. Yang tuli bisa bicara, tetapi tidak
ada yang bisa dikatakannya.

Kedua orang itu tak ada yang bisa datang ke pesta; sebab
kali ini tak ada orang ketiga yang bisa menjelaskan kepada
mereka bahwa ada masalah, apalagi bagaimana cara mereka
memecahkan masalah itu.

Catatan

Dikisahkan bahwa Abdul Kadir yang Agung meninggalkan sebuah
jubah Sufi yang bertambal-tambal untuk diberikan kepada
calon pemakainya yang baru akan lahir enam ratus tahun
setelah kematian Sufi Agung itu.

Pada tahun 1563, Sayid Iskandar Syah, Qadiri, setelah
mendapat kepercayaan ini, menunjuk Syeh Ahmad Faruk dari
Sirhind sebagai pewaris mantel itu.

Guru Naqshibandi ini telah ditahbiskan menjadi anggota enam
belas Kaum Sufi oleh ayahnya, yang telah mencari dan
membangkitkan kembali adat dan pengetahuan Sufisme sepanjang
pengembaraannya yang jauh dan berbahaya.

Orang percaya bahwa Sirhind merupakan tempat yang ditentukan
munculnya Guru Agung, dan turun-temurun orang-orang suci
telah menanti perwujudan itu.

Sebagai akibat dari munculnya Faruqi dan penerimaannya oleh
semua Kaum pada masanya, Kaum Naqshibandi kini meresmikan
pengikut-pengikutnya menjadi empat jalur utama dalam
Sufisme: Chishti, Qadiri, Suhrawardi, dan Naqshibandi.

"Si Lumpuh dan Si Buta" dianggap sebagai ciptaan Syeh Ahmad
Faruk, yang meninggal tahun 1615. Kisah ini baru boleh
dibaca setelah menerima perintah untuk membacanya: atau oleh
mereka yang telah mempelajari Karya Hakim Sanai,
"Orang-orang Buta dan Gajah."

------------------------------------------------------------
K I S A H - K I S A H S U F I
Kumpulan kisah nasehat para guru sufi
selama seribu tahun yang lampau
oleh Idries Shah (terjemahan: Sapardi Djoko Damono)
Penerbit: Pustaka Firdaus, 1984
Copyright © Sufi ~ Artikel Ilmu Tasawuf dan Sufisme All Right Reserved
Hosted by Satelit.Net Support Satelit.Net