• Maqam dan Keadaan yang harus dilalui Para Sufi.

  • Kisah Hikayat Ulama Sufi.

  • Kisah Hikayat Para Wali Qutub sepanjang Masa

  • Kisah dan Cerita Lucu Sang Abu Nawas.

New Post

Rss

Senin, 03 Mei 2010
no image

Kisah Pasir

KISAH PASIR

Dari mata airnya yang nun jauh di gunung sana, sebatang
sungai mengalir melewati apapun di tebing dan ngarai,
akhirnya mencapai padang pasir. Selama ini ia telah berhasil
mengatasi halangan apapun dan sekarang berusaha menaklukkan
halangan yang satu ini. Tetapi setiap kali sungai itu
cepat-cepat melintasinya, airnya segera lenyap di pasir.

Sungai itu sangat yakin, bahwa ia ditakdirkan melewati
padang pasir itu, namun ia tidak bisa mengatasi masalahnya
Lalu, terdengar suara tersembunyi yang berasal dari padang
pasir itu, bisiknya, "Angin bisa menyeberangi pasir, Sungai
pun bisa."

Sungai menolak pernyataan itu, ia sudah cepat-cepat
menyeberangi padang pasir, tetapi airnya terserap: angin
bisa terbang, dan oleh karena itulah ia bisa menyeberangi
padang pasir.

"Dengan menyeberang seperti yang kulakukan itu jelas, kau
tak akan berhasil. Kau hanya akan lenyap atau jadi
paya-paya. Kau harus mempersilahkan angin membawamu
menyeberangi padang pasir, ketempat tujuan."

Tetapi bagaimana caranya? "Dengan membiarkan dirimu terserap
angin."

Gagasan itu tidak bisa diterima Si Sungai. Bagaimanapun,
sebelumnya ia sama sekali tidak pernah terserap. Ia tidak
mau kehilangan dirinya. Dan kalau dirinya itu lenyap, apakah
bisa dipastikan akan didapatnya kembali?

"Angin," kata Si Pasir, "menjalankan tugas semacam itu. Ia
membawa air, membawanya terbang menyeberang padang pasir,
dan menjatuhkannya lagi. Jatuh ke bumi sebagai hujan, air
pun menjelma sungai."

"Bagaimana aku bisa yakin bahwa itu benar?"

"Memang benar, dan kalau kau tak mempercayainya, kau hanya
akan menjadi paya-paya; dan menjadi paya-paya itupun
memerlukan waktu bertahun-tahun berpuluh tahun. Dan
paya-paya itu jelas tak sama dengan sungai, bukan?"

"Tapi, tak dapatkah aku tetap berupa sungai, sama dengan
keadaanku kini?"

"Apapun juga yang terjadi, kau tidak akan bisa tetap berupa
dirimu kini," bisik suara itu. "Bagian intimu terbawa
terbang, dan membentuk sungai lagi nanti. Kau disebut sungai
juga seperti kini, sebab kau tak tahu bagian dirimu yang
mana inti itu."

Mendengar hal itu, dalam pikiran Si Sungai mulai muncul
gema. Samar-samar, ia ingat akan keadaan ketika ia --atau
bagian dirinya? --berada dalam pelukan angin. Ia juga
ingat-- benar demikiankah? bahwa hal itulah yang nyatanya
terjadi, bukan hal yang harus terjadi.

Dan sungai itu pun membubungkan uapnya ke tangan-tangan
angin yang terbuka lebar, dan yang kemudian dengan tangkas
mengangkatnya dan menerbangkannya, lalu membiarkannya
merintik lembut segera setelah mencapai atap gunung --nun
disana yang tak terkira jauhnya. Dan karena pernah meragukan
kebenarannya, sungai itu ini bisa mengingat-ingat dan
mencatat lebih tandas pengalamannya secara terperinci. Ia
merenungkannya, "Ya, kini aku mengenal diriku yang
sebenarnya."

Sungai itu telah mendapat pelajaran. Namun Sang Pasir
berbisik, "Kami tahu sebab kami menyaksikannya hari demi
hari; dan karena kami, pasir ini, terbentang mulai dari tepi
pasir sampai ke gunung."

Dan itulah sebabnya mengapa dikatakan bahwa cara Sungai
Kehidupan melanjutkan perjalanannya tertulis di atas Pasir.

Catatan

Kisah indah ini masih beredar dalam tradisi lisan dalam
pelbagai bahasa, hampir selalu terdengar di kalangan para
darwis dan murid-muridnya.

Kisah ini dicantumkan oleh Sir Fairfax Cartwright dalam
bukunya, Mystic Rose from the Garden of the King 'Mawar
Mistik dari Taman Raja' terbit tahun 1899.

Versi ini berasal dari Awad Afifi, orang Tunisia, yang
meninggal tahun 1870.

------------------------------------------------------------
K I S A H - K I S A H S U F I
Kumpulan kisah nasehat para guru sufi
selama seribu tahun yang lampau
oleh Idries Shah (terjemahan: Sapardi Djoko Damono)
Penerbit: Pustaka Firdaus, 1984
no image

Kisah Perumpamaan Orang Rakus

PERUMPAMAAN TENTANG ORANG-ORANG RAKUS

Zaman dahulu ada seorang petani yang suka bekerja keras dan
berbudi baik, yang mempunyai beberapa anak laki-laki yang
malas dan rakus. Ketika sekarat, Si Tua mengatakan kepada
anak-anaknya bahwa mereka akan menemukan harta karun kalau
mau menggali tempat tertentu di kebun. Segera setelah ayah
itu meninggal, anak-anaknya bergegas kekebun, menggalinya
dan satu sudut ke sudut lain, dengan putus asa dan kehendak
yang semakin memuncak setiap kali mereka tidak menemukan
emas di tempat yang disebut ayahnya tadi.

Namun mereka sama sekali tidak menemukan emas. Karena
menyadari bahwa ayah mereka itu tentunya telah
membagi-bagikan emasnya semasa hidupnya, lelaki-lelaki muda
itupun menanggalkan usahanya. Akhirnya, terpikir juga oleh
mereka, karena tanah sudah terlanjur dikerjakan, tentunya
lebih baik ditanami benih. Mereka pun menanam gandum, yang
hasilnya melimpah-limpah. Mereka menjualnya, dan tahun itu
mereka menjadi kaya.

Setelah musim panen, mereka-berpikir lagi tentang harta
terpendam yang mungkin masih luput dari penggalian mereka;
mereka pun menggali lagi ladang mereka, namun hasilnya sama
saja.

Setelah bertahun-tahun lamanya, merekapun menjadi terbiasa
bekerja keras, disamping juga mengenal musim, hal-hal yang
tidak pernah mereka pahami sebelumnya. Kini mereka memahami
cara ayah mereka melatih mereka; mereka pun menjadi
petani-petani yang jujur dan senang. Akhirnya mereka
memiliki kekayaan yang cukup untuk membuat mereka sama
sekali melupakan perkara harta terpendam tersebut.

Itulah juga ajaran tentang pengertian terhadap nasib manusia
dan karma kehidupan. Guru, yang menghadapi ketidaksabaran,
kekacauan, dan ketamakan murid murid, harus mengarahkan
mereka ke suatu kegiatan yang diketahuinya akan bermanfaat
dan menguntungkan mereka tetapi yang kepentingan dan
tujuannya sering tidak terlihat oleh murid-mulid itu karena
kebelumdewasaan mereka.

Catatan

Kisah ini, yang menggarisbawahi pernyataan bahwa seseorang
bisa mengembangkan kemampuan tertentu meskipun ia sebenarnya
berusaha mengembangkan kemampuannya yang lain, dikenal
sangat luas. Hal ini mungkin disebabkan adanya pengantar
yang berbunyi, "Mereka yang mengulangnya akan mendapatkan
lebih dari yang mereka ketahui."

Kisah ini diterbitkan oleh seorang ulama Fransiskan, Roger
Bacon (yang mengutip filsafat Sufi dan mengajarkannya di
Oxford, dan kemudian dipecat dari universitas itu atas
perintah Paus) dan oleh ahli kimia abad ketujuh belas,
Boerhaave.

Versi ini berasal dari Hasan dari Basra, Sufi yang hidup
hampir seribu dua ratus tahun yang lalu.

------------------------------------------------------------
K I S A H - K I S A H S U F I
Kumpulan kisah nasehat para guru sufi
selama seribu tahun yang lampau
oleh Idries Shah (terjemahan: Sapardi Djoko Damono)
Penerbit: Pustaka Firdaus, 1984
Copyright © Sufi ~ Artikel Ilmu Tasawuf dan Sufisme All Right Reserved
Hosted by Satelit.Net Support Satelit.Net