PENGEMBANGAN KUALITAS SUMBER DAYA DA’I OLEH KORPS DAKWAH MAHASISWA (KODAMA) DI KRAPYAK YOGYAKARTA PERIODE 2000-2005
PENGEMBANGAN KUALITAS SUMBER DAYA DA’I OLEH KORPS DAKWAH MAHASISWA (KODAMA) DI KRAPYAK YOGYAKARTA PERIODE 2000-2005 (Tinjauan Sumber Daya Manusia)
Oleh Team www.seowaps.com
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Skripsi ini berjudul Pengembangan Kualitas Sumber Daya Da’i oleh Korps Dakwah Mahasiswa (KODAMA) di Krapyak Yogyakarta periode 2000-2004 (Tinjauan Sumber Daya Manusia). Untuk menghindari adanya salah penafsiran terhadap judul di atas penulis akan menguraikannya sebagai berikut
1. Pengembangan Kualitas Da’i
Kata pengembangan menurut kamus Bahasa Indonesia kontemporer adalah cara, perbuatan, proses pengembangan.[1] Kualitas berarti baik, buruk (suatu benda) keadaan suatu benda.[2] Da’i adalah mengundang, mengajak manusia kepada agama Allah agar manusia mau beriman dan melaksanakan ajaran-ajaran Allah SWT.[3] Maka yang di maksud pengembangan kualitas da’i dalam pembahasan ini adalah proses jalannya suatu usaha yang dilaksanakan Korps Dakwah Mahasiswa (KODAMA) dalam mengembangkan kualitas sumber daya da’i.
2. Kualitas Da’i
Da'i mempunyai pengertian mengundang, mengajak, mengundang manusia kepada agama Allah agar manusia mau beriman dan melaksanakan ajaran–ajaran Allah SWT.[4] Kualitas da’i yang di maksud penulis adalah kemampuan da'i dalam melaksanakan aktivitas dakwah, meliputi penguasaan wawasan dakwah berupa Latihan Fiqh Dakwah (LAFIDA), Pengajian, Delegasi / Pengutusan, dan Praktikum dakwah. Sedangkan ketrampilan dakwah berupa, Ketrampilan berbicara, Ketrampilan dalam pengggalian dana, dan Keterampilan evaluasi dakwah.
3. Korps Dakwah Mahasiswa (KODAMA)
Korps Dakwah Mahasiswa merupakan sebuah yayasan yang bergerak dalam bidang keagamaan, khususnya kader da’i dalam melaksanakan dakwah (amar ma’ruf nahi munkar) berlokasi di Dusun Krapyak Desa Panggung Harjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta periode kepengurusan 2000-2004. [5] Yayasan KODAMA didirikan di Yogyakarta pada hari kamis malam jumat 9 Jumadil Ula 1402 bertepatan dengan tanggal 4 Maret 1982 M. Sejak ditandatangani akte yayasan KODAMA Yogyakarta oleh notaris Daliso Rudianto No 17 Tahun 1982, untuk jangka waktu yang tidak di tentukan.
4. Tinjauan Sumber Daya Manusia
Menurut Bank Dunia di kutip oleh Tadjudin Noer Efendi bahwa :[6]
Pengembangan Sumber daya manusia merupakan upaya pengembangan yang menyangkut pengembangan aktivitas dalam bidang pendidikan dan latihan, kesehatan gizi penurunan fertilitas peningkatan kemampuan penelitian dan pengembangan teknologi.
Jadi sub judul yang dimaksud untuk menggambarkan kegiatan KODAMA dalam mengembangkan sumber daya manusia (da'i KODAMA)
Berdasarkan pada penegasan judul di atas dapat disimpulkan maksud dari “Pengembangan Kualitas Sumber Daya da’i yang dilakukan Korps Dakwah Mahasiswa (KODAMA)” yaitu proses jalannya suatu usaha dalam mengembangkan kualitas sumber daya da'i yang di laksanakan oleh Korps Dakwah Mahasiswa (KODAMA) di Krapyak Yogyakarta periode 2000-2004.
B. Latar Belakang Masalah
Dakwah Islam yang membawa misi amar ma’ruf nahi munkar dengan berpegang teguh pada perintah Allah sesuai dengan firman-Nya pada surat An–Nahl ayat 125:
اُدْعُ اِلىَ سَبِيْلِ رَبَِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتى هِيَ اَحْسَنُ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ.
Artinya :
Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan bijaksana dengan cara yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik .Sesungguhnya Tuhanmu adalah lebih mengetahui tentang siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petuntuk.[7]
Dalam rangka menegakkan agama Allah maka dakwah yang dilakukan berupa mengajak manusia ke jalan-Nya. Menyuruh mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mengerjakan yang mungkar. Sehingga, kewajiban berdakwah berlaku bagi kaum muslim tanpa terkecuali. Hal ini terlihat pada ladang dakwah yang tersedia mengharapkan sentuhan–sentuhan rohani dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW memerintahkan bagi kaum muslimin laki-laki dan perempuan melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar sesuai dengan kemampuan dan kesanggupannya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA. Rasulullah telah bersabda :
مَنْ رَاَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِِِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلاِيْمَان.
Artinya :
Barang siapa diantara kalian melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubah dengan tangannya, apabila tidak mampu maka hendaklah mengubah dengan lisannya dan apabila tidak mampu maka hendaklah mengubah dengan hatinya, yang sedemikian itu selemah-lemahnya iman ( Riwayat Muslim).[8]
Pelaksanaan dakwah bisa dilakukan siapa saja tanpa mengenal apakah ia seorang da'i, ilmuwan, usahawan, dan lain-lain. Bentuk dakwahnya juga bermacam-macam bagi mereka yang berilmu tinggi harus meletakkan ilmunya pada jalan yang benar bukan untuk menipu orang lain. Jika memiliki kekuasaan di pemerintahan maka menggunakan posisi jabatannya untuk berbuat kebajikan dan mencegah masyarakat berbuat kemungkaran. Sedangkan bagi mereka yang belum mampu melaksanakan cukup dengan memberi nasehat dan peringatan.
Pada zaman sekarang, seorang da’i lebih terbebani dengan ajaran dakwah (amar ma’ruf nahi munkar). Hal ini terlihat, pada kegiatan ceramah, pengajian dan lain-lain, seakan–akan figur seorang da’i yang paham ilmu agama lebih berhak atau pantas melaksanakan kegiatan dakwah, sedangkan dalam Al-Qur’an Allah berfirman dalam surat Ali Imron 110 : [9]
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ للِنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَر ِوَتُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ
Artinya ;
Kalian adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf mencegah dari yang mungkar.
Da’i yang selama ini menjadi tokoh utama dalam mengemban tugas amar ma’ruf nahi mungkar membutuhkan generasi–generasi baru yang nanti bisa meneruskan misi dakwahnya. Untuk itu dibutuhkan badan atau wadah yang bisa membina serta mendidik calon da’i.
Salah satu alternatif pengorganisasian dakwah dalam mencapai tujuan yang efektif dan efisien, Korps Dakwah Mahasiswa (KODAMA) mencoba menghimpun dan mengatur kader da’i ke dalam suatu kerangka struktur dan hubungan menurut pola-pola tertentu. Sehingga, dapat melakukan kegiatan dakwah bersama–sama untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.[10]
Untuk mencapai kesuksesan dakwah maka diperlukan management yang tepat dalam mengorganisir perangkat dakwah. Luasnya medan dakwah serta tantangan semakin komplek, membuktikan bahwa gerakan dakwah akan lebih efektif dan efisien jika penanganan dilaksanakan secara profesional guna mencapai hasil yang semaksimal mungkin.
Terlepas dari gerakan dakwah yang dilakukan secara personal atau kolektif, hal paling fundamental terletak pada kualitas dan integritas moral pelakunya. Oleh karena itu dakwah bukan hanya semata persoalan organisasi atau management, akan tetapi lebih jauh menyangkut transformasi nilai dan bagaimana nilai itu dilembagakan.
Organisasi dakwah, dalam hal ini KODAMA berupaya melaksanakan pencarian konsep dan format strategi dakwah yang ideal bagi masyarakat. Tak heran KODAMA berusaha memberikan yang terbaik bagi pelaksanaan gerakan dakwah. Upaya yang di lakukan KODAMA dalam menerapkan strategi dakwah yaitu bagaimana kualitas sumber daya da’i yang ada di KODAMA benar-benar unggul sekaligus profesional dalam mengemban misi dakwah. Untuk itu upaya pengembangan kualitas sumber daya da’i sangat penting untuk menunjang kesuksesan dalam berdakwah.
Dalam gerakan dakwah, da’i sebagai subyek pelaksana diharapkan mempunyai kompetisi dalam melaksanakan misi dakwah. Salah satu modal utama yang harus dipersiapkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya da’i yang profesional dalam upaya mensukseskan gerakan dakwah yaitu pengembangan sumber daya manusia (da’i) .Menurut Soekidjo Notoatmojo sumber daya manusia dapat dilihat dari dua aspek : [11]
a. Aspek kualitas/fisik menyangkut sumber daya manusia yang dikembangkan melalui program-program dan gizi
b. Aspek kualitas/non fisik menyangkut mutu sumber daya manusia dan kemampuan baik kecerdasan maupun mentalitas sumber daya manusia itu sendiri.
Da’i sebagai sumber daya manusia yang potensial dalam bidang dakwah memegang peranan penting dalam suatu organisasi atau institusi dalam memajukan gerakan dakwah. Bagaimanapun canggihnya sarana dan prasarana organisasi atau institusi (gerakan dakwah) tersebut tanpa ditunjang kemampuan pengembangan sumber daya da’i, maka organisasi atau institusi (gerakan dakwah) tidak akan maju dan berkembang.
Maka penulis berasumsi bahwa pengembangan kualitas sumber daya da’i sangat penting dilaksanakan, sebagai upaya mensukseskan gerakan dakwah. Di mana ada wadah yang mengorganisasi (KODAMA), berupa menggali potensi da’i. Untuk itu Korps Dakwah Mahasiswa ( KODAMA) berusaha meningkatkan pengetahuan dakwah dan ketrampilan skill dakwah dalam usahanya mengembangkan kualitas sumber daya da'i. Kegiatan ini sangat diperlukan karena :
a. Sumber daya da’i merupakan pelaksana dakwah yang sangat besar sekali menentukan sukses atau tidaknya gerakan dakwah. Maka dari itu, potensi kader da’i terus dikembangkan melalui peningkatan ilmu pengetahuan dan ketrampilan.
b. Dengan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang serta menjawab tantangan zaman yang semakin global dibutuhkan kader-kader da'i yang profesional, beriman, bertakwa, berpengetahuan yang luas, mempunyai pola pemikiran yang modern serta mampu menyelesaikan problematika agama yang dihadapi umat.
c. Dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa maka diperlukan da’i yang terampil sekaligus motivator bagi pengembangan kualitas sumber daya manusia yang membantu menyukseskan jalannya pembangunan.
C.Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka dapatlah dirumuskan yang menjadi pembahasan skripsi ini adalah :
- Bagaimana upaya peningkatan wawasan dakwah yang dilakukan Korps Dakwah Mahasiswa (KODAMA) periode 2000-2004 kepada kader da’i di Krapyak Yogyakarta?
- Bagaimana upaya peningkatan ketrampilan dakwah yang dilakukan Korps Dakwah Mahasiswa (KODAMA) kepada kader da’i di Krapyak Yogyakarta?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini :
- Mengetahui upaya peningkatan wawasan dakwah yang di laksanakan bagi da’i oleh Korps Dakwah Mahasiswa (KODAMA) periode 2000-2004 di Krapyak Yogyakarta.
- Mengetahui upaya peningkatan ketrampilan dakwah yang dilaksanakan bagi da'i oleh Korps Dakwah Mahasiswa (KODAMA) di Krapyak Yogyakarta .
E. Kegunaan penelitian
1. Bagi mahasiswa
Memberikan kontribusi pemikiran dalam bentuk dokumen pada penelitian yang masih ada kaitannya dengan pokok-pokok bahasan dalam penelitian ini, selain itu menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang dakwah.
2. Bagi KODAMA
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan masukan secara konstruktif bagi Korps Dakwah Mahasiswa (KODAMA) dalam rangka mengembangkan kualitas sumber daya da’i.
F. Kerangka Teoritik
Skripsi Pengembangan kualitas sumber daya da’i oleh Koprs Dakwah Mahasiswa (KODAMA) di Krapyak Yogyakarta periode 2000-2004 (Tinjauan Sumber Daya Manusia), sebelumnya sudah ada penelitian tentang KODAMA dengan judul Studi Tentang Pengkaderan Da’i oleh Yayasan KODAMA di desa Panggungharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul Daerah Istemewa Yogyakarta oleh saudari Awaludin Kiraman tahun 1998 dari fakultas dakwah UIN Sunan Kalijaga.
1. Tinjauan umum tentang dakwah
a. Ruang lingkup dakwah
Dakwah berasal dari kata يدعو - دعوة دعا -
Yang berarti mengajak, memanggil dan menyeru. Sedangkan orang yang mengajak disebut da’i. Menurut Thoha Yahya Umar mendefinisikan dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan tuntunan Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. [12]
Menurut S. M Nasaruddin Latif dakwah adalah usaha dengan lisan atau tulisan dan lainnya yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah sesuai dengan garis–garis akidah syariah serta akhlak islamiah.[13]
Dari penje lasan di atas kegiatan dakwah meliputi ajakan untuk beriman dan menaati Allah atau memeluk islam, melaksanakan amal kebaikan (amar ma’ruf) dan mencegah perbuatan mungkar (nahi munkar) dalam usaha mendekatkan diri kepada Allah untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Islam adalah agama dakwah yang menugaskan umatnya untuk menyebarkan dan mensiarkan islam kepada seluruh umat manusia sebagai rahmatan lil alamin. Islam dapat menjamin terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan manakala ajarannya dijadikan sebagai pedoman hidup dan dilaksanakan secara konsisten serta konsekuen.
Oleh karena itu pelaksanaan dakwah dalam usahanya mendekatkan diri kepada Allah meliputi segala aspek yang sangat terkait antara satu dengan yang lain. Untuk itu, unsur penunjang kesuksesan sebuah dakwah harus terpenuhi.
Sebagai ahli hikmah dalam dakwahnya, da’i harus menguasai dasar-dasar dakwah atau rukun-rukun dakwah agar mampu berjalan dengan lancar dan tidak diragukan lagi fiqh tentang rukun–rukun dakwah dalam Al-Qur’an, Allah berfirman :
قُلْ هَذِهِ سَبِيْليِ أَدعُو اِلىَ اللهِ عَلىَ بَصِيْرَةِ اَنَا وَمِنَ اتَّبَعَنِ وَسُبْحَنَ اللهِ وَمَآ اَناَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ.
Artinya :
Katakanlah inilah jalan agamaku, aku dan orang-orang yang mengikuti mengajakmu kepada Allah dengan hujjah, maka maha suci Allah dan aku tiada termasuk orang-orang musyrik. (Q.S Yusuf: 108)
Ada beberapa rukun-rukun dakwah yang harus dipahami oleh para da'i sebagai penunjang suksesnya dakwah :
1.Subjek dakwah (da’i)
Seorang da'i wajib mengetahui hakekat dirinya, tugas-tugasnya, syarat-syaratnya, bekalnya dan akhlaknya. Untuk itu idealnya seorang da’i yang profesional memenuhi syarat sebagai berikut:[14]
a) Syarat yang bersifat akidah
Para da’i harus yakin dengan agama Islam yang dianut, keimanan harus kuat mampu menyelaraskan antara ucapan dan perbuatan.
b) Syarat yang bersifat ibadah
Seorang da’i banyak memberi contoh dalam menjalankan ibadah, baik itu yang diwajibkan Allah atau yang disunahkan Allah.
c) Syarat yang bersifat ilmiah
Salah satu dengan menguasai ilmu agama, ilmu umum, cerdas serta intelektual serta mampu mengikuti arus perkembangan zaman.
d) Syarat yang bersifat akhlakul karimah
Syarat yang bersifat akhlakul karimah tidak hanya berkaitan dengan manusia (hablum minannas) tetapi juga (hablum minallah) sabar, syukur, tawakal, dan beribadah dengan mengharapkan ridho Allah .
e) Syarat yang bersifat jasmani
Sehat secara fisik ataupun mental, sebagai salah satu usaha untuk memperlancar kesuksesan dakwah.
f) Syarat kelancaran berbicara (retorika)
Seorang da’i harus berbicara dengan fasih serta bisa di terima dengan akal sehingga dengan bahasa yang dilontarkan bisa menyentuh perasaan si pendengar.
g) Syarat mujadalah
Seorang da'i harus bersemangat dalam berdakwah berjuang menegakkan agama Allah dengan mengharap ridhonya .
2) Objek sasaran dakwah
Mad’u adalah isim maf’ul dari da’a, berarti orang yang diajak, atau dikenakan perbuatan dakwah, laki-laki atau perempuan, tua atau muda semua manusia tanpa terkecuali.[15] Bila dilihat kondisi masyarakat yang majemuk dengan karakteristik yang berbeda maka dituntut, penggunaan metode dan strategi dakwah yang efektif dan efisien. Untuk itu sasaran dakwah yang di lakukan kaum muslimin tidak dibatasi pada satu kaum saja melainkan rahmatan lil alamin.
Sementara Hamzah Ya’cub dalam buku Publisitik Islam mengemukakan sasaran dakwah sebagai berikut :[16]
1. Umat rasional
Yaitu orang yang berfikir kritis, berpendidikan, berpengalaman serta terbiasa berfikir mendalam.
2. Umat tradisional
Yaitu orang yang mudah dipengaruhi oleh faham baru tanpa pertimbangan lebih dahulu, kemudian mengikutinya tanpa berfikir salah atau benar
3. Umat bertaklid
Yaitu orang yang fanatik buta dan berpegang pada tradisi yang turun-temurun dipandang benar tanpa diselidiki dahulu
3) Pesan dakwah
Pesan dakwah dalam hal ini pernyataan yang terdapat pada sumber atau bahan dalam mencapai tujuan dakwah. Sumber pokok yang dimaksud Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah, berupa petunjuk, tuntunan dan hukum bagi kehidupan manusia. Menurut M. Natsir dalam Fiqh ad-Dakwah membagi pesan dakwah ke dalam tiga bagian :[17]
1) Menyempurnakan hubungan manusia dengan khalik-nya hablumminallah atau mu’amalah ma’al khalik.
2) Menyempurnakan hubungan manusia dengan sesama manusia, hablumminannas atau mu’amalah ma’annas.
3) Mengadakan keseimbangan (tawazun) antara kedua itu dan mengaktifkan keduanya selaras dan seimbang .
4) Tujuan dakwah
Tujuan dakwah yang dilakukan da’i, mengajak manusia ke jalan Allah dan menyembah-Nya dengan tidak menyekutukan selain Allah. Menyeru kepada manusia mengindahkan seruan Allah dan rasul-Nya serta memenuhi panggilan-Nya untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman :
يَاَيُّهَا النَّبىِ اِنَّا اَرْسَلْنكَ شاَهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيْرًا وَدَاعِيًا اِلَى اللهِ بِاِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا
Artinya:
Hai Nabi, sesungguhnya kami mengutusmu untuk menjadi saksi dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan ,dan untuk menjadi da'i (penyeru) kepada (agama) Allah dengan izin-Nya untuk menjadi cahaya yang menerangi (Al Azhab 45-46).
Aktivitas dakwah dari masa ke masa disatukan satu tujuan utama yaitu menyeru ke jalan Allah. Apabila tujuan dakwah selain Allah atau menyertakan tujuan-tujuan yang lain seperti tujuan duniawi dan segala bentuk kepentingan pribadi selain Allah adalah penyimpangan.
5) Metodologi dakwah
Secara umum metodologi dakwah merupakan interpretasi dari ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang memuat prinsip-prinsip metode dakwah dalam menyeru dan mengajak manusia ke jalan Allah. Maka, penyampaian risalah dakwah kepada mad’u hendaknya disesuaikan dengan pemahaman dan pengalaman keagamaaannya. Maka, penyampaian dakwah dilakukan dengan hikmah sesuai dengan firman Allah surat An–Nahl ayat 125 :[18]
a. Cara berdakwah dengan hikmah ditujukan kepada ahli pikir dan ahli ilmu yang kritis.
b. Cara berdakwah mawizhah hasanah ditujukan kepada mereka masih awam.
c. Cara berdakwah dengan mujadalah dengan sebaik-baiknya ditujukan kepada orang yang tingkat pemikirannya tidak dapat mencapai pada tingkat sebagai ahli pikir atau ahli yang matang ilmunya, namun juga tidak jatuh ke tingkat berfikir orang awam. tanpa terkecuali.
2. Tinjauan Umum Pengembangan Sumber Daya Manusia (da'I(
1. Pengembangan Sumber Daya Manusia (da’i)
Kata pengembangan berasal dari kata kembang, berkembang yang berarti menjadi besar, tersebar. Adapun pengembangan yaitu cara atau hasil yang mengembangkan.[19] Terjadinya perkembangan menurut Herbert karena adanya unsur-unsur berasosiasi sebagai suatu simple atau unsur yang sedikit semakin lama semakin banyak dan komplek.
Jadi pengembangan merupakan suatu perubahan yang menunjukkan ke arah yang lebih besar dan lebih banyak. Hal ini disebabkan oleh dua unsur atau lebih yang saling berhubungan hingga kecil menjadi besar yang diusahakan oleh seorang atau kelompok dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Pengembangan atau pertumbuhan yang menggambarkan suatu proses tambahnya identitas meningkatnya kemampuan dan kapasitas untuk mempertahankannya, eksistensi, adaptasi terhadap lingkungan. Mewujudkan secara efektif, sehingga proses perkembangan berdasarkan pada teori :[20]
1) Evolusionisme: menggambarkan perkembangan yang mengikuti jenjang tahap demi tahap menuju ke arah kemajuan (progresif), ke arah yang semakin sempurnna
2) Adaptasi: setiap perubahan yang senantiasa berusaha untuk menyesuaikan dengan perubahan lingkungan (mempunyai) kehendak untuk menciptakan struktur baru, bersifat inovasi dan modernisasi sehingga proses tersebut lebih kepada bentuk perkembangan.
Pengembangan yang dimaksud adalah jalannya proses suatu usaha yang dilaksanakan seorang atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Sumber daya manusia berarti segenap potensi manusia yang dapat di aktualisasikan untuk melakukan sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya.[21] Dimana Pengembangan Sumber Daya Manusia merupakan suatu proses merencanakan pendidikan pelatihan dan pengelolaan tenaga / karyawan untuk mencapai suatu yang optimal.[22] Jadi Pengembangan Sumber Daya manusia dalam organisasi dakwah, pada hakikatnya adalah upaya untuk merencanakan (planning) meningkatkan kemampuan dengan pendidikan dan pelatihan (education dan training) dan mengelola (managemen) penyampai dakwah (da'i) sehingga di peroleh produktivitas dakwah. [23]
2. Bentuk Pengembangan Sumber Daya Manusia
Menurut Canadian Internasional Agency (CIDA) dimuat MC Whinney, kemudian dikutip Tadjudin Noer efendi[24] mengemukakan bahwa :
Pengembangan menekankan sebagai alat (mens) mempunyai tujuan akhir dalam jangka pendek dapat diartikan sebagai pengembangan pendidikan dan pelatihan untuk memenuhi segala kebutuhan segera tenaga, ahli tehnik, kepemimpinan ,tenaga administrasi dan tenaga ini di tujukan pada kelompok sasaran untuk mempermudah mereka terlibat dalam sistem ekonomi di negeri ini.
Salah satu bentuk pengembangan sumber daya manusia meliputi pendidikan dan pelatihan (diklat) terutama dalam mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian intelektual dan kepribadian manusia. Pendidikan (education) dalamm suatu organisasi adalah suatu proses pengembangan kemampuan kearah yang diinginkan oleh organisasi bersangkutan. Sedangkan pelatihan (training) merupakan bagian kemampuan / keterampilan khusus /sekelompok orang.[25] Arah pendidikan di organisasi dakwah adalah untuk membentuk kredibilitas ,sedangkan pelatihan untuk mencapai kapabilitas bagi penyampai dakwah (da'i)
Pendidikan pada umumnya berhubungan dengan mempersiapkan calon da'i yang di perlukan oleh suatu organisasi dakwah, sedangkan latihan lebih berkaitan dengan peningkatan kemampuan /keterampilan kader dakwah yang sudah menduduki suatu pekerjaan tugas tertentu.
Pendidikan dan pelatihan dalam suatu organisasi dakwah sebagai upaya pengembangan sumber daya manusia (da'i) adalah suatu proses yang harus terus menerus untuk mengantisipasi perubahan - perubahan yang terjadi di luar organisasi dakwah. Adapun tahap-tahap dalam proses pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan adalah sebagai berikut:
1. Menganalisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan [26]
a) Analisis organisasi yang pada intinya menyangkut pertanyaan di mana atau bagaimana didalam suatu organisasi dakwah ada personil yang memerlukan pendidikan.
b) Analisis aktivitas,yang antara lain menjawab pertanyaan: apa yang harus diajarkan atau di berikan dalam diklat agar peserta mampu melakukan aktivitas secara efektif.
c) Analisis pribadi, yang menjawab pertanyaan: Siapa yang membutuhkan diklat dan bentuknya apa.Adanya penilaian dari masing-masing pribadi mengenai kemampuan dari tiap individu.
2. Menetapkan tujuan
Tujuan pendidikan dan pelatihan pada dasarnya adalah perumusan kemampuan yang diharapkan dari diklat tersebut. Karena tujuan diklat adalah perubahan perilaku (kemampuan), maka tujuan diklat di rumuskan dalam bentuk perilaku (behavior objectives).[27] Misalnya setelah mengikuti diklat diharapkan peserta dapat melakukan ceramah secara benar. Sedangakan menurut Abdurrrahman Saleh Abdullah, klasifikasi tujuan pendidikan adalah:
a. Tujuan pendidikan jasmani (Ahdhaf al-Jismiah), yaitu mempersiapkan diri manusia sebagai pengemban tugas khalifah di bumi, melalui keterampilan- keterampilan fisik.
b. Tujuan pendidikan Ruhani (Ahdhaf al-Ruhaniyah), meningkatkan jiwa jiwa kesetiaan yang hanya kepada Allah dan melaksanakan moralitas islami yang diteladani oleh nabi SAW dengan berdasarkan cita-cita ideal dalam Al-Quran.
c. Tujuan pendidikan Akal (Ahdhaf al-Aqliyah),pengarahan intelegensia untuk menemukan kebenaran dan sebab-sebabnya tanda-tanda kekuasaan Allah dan menemukan pesan-pesan ayat yang membawa iman kepada Allah dan menemukan pesan-pesan ayat yang membawa iman kepada pencipta.
d. Pendidikan sosial (Ahdhaf al-Ijtima'iyah), guna membentuk kepribadian yang utuh dalam pengaktualisasian di masyarakat.[28]
3. Pengembangan Materi
Dari tujuan–tujuan yang telah di rumuskan akan di ketahui kemampuan–kemampuan apa yang harus di berikan dalam diklat. Sehingga selanjutnya dapat diidentifikasi materi yang di berikan dalam diklat tersebut.
4. Evaluasi
Setelah berakhirnya diklat, dilakuakan evaluasi. Yang perlu dievaluasi adalah peoses penyelenggaraan diklat dan juga evaluasi terhadap hasil sejauh mana materi yang di berikan dapat di kuasai oleh peserta diklat.
3. Metodologi Pengembangan Sumber Daya Manusia
Dalam buku Pengembangan sumber daya manusia, Soekidjo Notoatmodjo mengemukakan bahwa pada garis besarnya ada dua macam metode yang di gunakan dalam mengembangkan sumber daya manusia yaitu:[29]
a) Metode "Off The Job Site" (di luar kegiatan)
Pengembangan sumber daya manusia melalui diklat menggunakan metode ini berarti peserta didik keluar sementara dari kegiatannya, untuk mengikuti diklat. Pada umumnya metode ini mempunyai dua macam tehnik, yaitu :
a.1 Tehnik Presentasi Informasi
Yang dimaksud dengan tehnik ini adalah menyajikan informasi yang tujuannya mengintroduksikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan baru kepada para paserta didik. Harapan akhir dari proses pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta diadopsi oleh peserta diklat. Termasuk dalam tehnik ini antara lain : ceramah biasa, diskusi, tehnik pemodelan perilaku dan tehnik magang.
a.2 Tehnik Simulasi adalah peniruan karakteristik atau perilaku tertentu dari dunia riil sedemikian rupa sehingga, para peserta didik dapat merealisasikan seperti keadaan sebenarnya .
Metode-Metode simulasi ini mencakup: imulator alat -alat, studi kasus, permainan peran , tehnik di dalam keranjang.
b) Metode "On The Job Site” (Di dalam Kegiatan)
Pelatihan ini berbentuk penugasan peswerta didik baru kepada yang telahberpengalaman (senior). Hal ini berarti, kepada peserta didik yang sudah berpengalaman untuk membimbing atau megajarkan kepada yang baru .
Selanjutnya, Edwin B. Fillopo, mengemukakan ada empat metode dasar yang digunakan dalam Pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan,[30]yaitu:
1) Pelatihan di tempat kerja (On The Job Training) keberhasilan pelatian tergantung para instruktur dalam menjelaskan seperangkat prosedur untuk melaksanakan tugas tertentu yang dikembangkan dari pengalaman dan penelitian.
2) Sekolah Vestibul
Yaitu sekolah yang dibentuk untuk mengatasi masalah pelatihan di tempat kerja untuk kebutuhan fungsional khusus untuk para eksekutif dibidang personel manajemen dalam pengembangan diri sampai proses produksi tertentu.
3) Magang
Dirancang untuk keterampilan yang lebih tinggi yang mengutamakan pengetahuan dalam pelaksanaan suatu keterampilan atau serangkaian pekerjaan yang sangat berhubungan.
4) Kursus-Kursus
Pelatihan ditujukan untuk megawasi keahlian dibidang tertentu, dilakukan dalam waktu yang singkat, menutamakan sistem yang pratis dan keberhasilannya memerlukan peran aktif peserta didik.
G. Metodologi Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara bertindak menurut sistem aturan atau tatanan yang bertujuan agar kegiatan praktis terlaksana secara rasional dan terarah sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.[31] Adapun langkah tersebut adalah:
1. Tipe penelitian
Penelitian ini adalah deskriptif yang menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.[32]
Penelitian ini bertujuan mengetahui proses pengembangan kualitas sumber daya da'i melalui peningkatan wawasan dakwah dan ketrampilan dakwah yang dilakukan Korps Dakwah Mahasiswa (KODAMA) di Krapyak Yogyakarta. Penulis berharap bisa menggambarkan secara lengkap tentang cara pengembangan sumber daya da’i dalam rangka meningkatkan kualitas dari kader da’i KODAMA .
a. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini bisa ditentukan dengan memilih orang kunci (key person) untuk dijadikan informan dalam mengambil data lapangan. Maka yang menjadi subjek penelitian ini adalah mendataris KODAMA, pengurus, anggota, mantan anggota dan kader da'i KODAMA. Selain subjek yang telah ditetapkan di atas data dokumen seperti, buku, makalah, LPJ dan penulisan lainnya yang berkaitan dengan tema penelitian ini yang dijadikan sumber sekunder.
b. Objek penelitian
Objek penelitian yang dikaji dalam penelitian ini adalah pengembangan sumber daya da’i yang dilakukan oleh Korps Dakwah mahasiswa (KODAMA) melalui wawasan dakwah meliputi Latihan Fiqh dakwah (LAFIDA), Pengajian, Delegasi/ Pengutusan, Praktikum Dakwah. Sedangkan ketrampilan dakwah meliputi, keterampilan berbicara, keterampilan penggalian dana, keterampilan evaluasi dakwah.
2. Metode pengumpulan data
Tehnik yang dipakai dalam pengumpulan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :
a. Interview (wawancara)
Wawancara adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara terhadap tokoh–tokoh yayasan KODAMA yang disajikan dalam bentuk pertanyaan–pertanyaan yang berkaitan tema yang diinginkan.[33] Teknik interview yang dipakai dalam penelitian ini adalah interview bebas terpimpin. Menurut Sutrisno Hadi, dalam interview bebas terpimpin ini penginterview membawa kerangka pertanyaan (Frame Work of Question) untuk disajikan, tetapi bagaimana cara pertanyaan diajukan dari irama ( timing ) sama sekali diserahkan dalam kebijakan interviewer[34].
Wawancara dilakukan dengan tokoh-tokoh yang berhubungan langsung dengan KODAMA seperti : Bapak Mukhtar Salim, M.Ag selaku mendataris KODAMA, Saudara Mustajab selaku pengurus, Oos Mukhrosin selaku mantan KODAMA, Bapak Ali Nur Ssaidserta tokoh-tokoh yang pernah terlibat langsung di KODAMA.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data di mana yang menjadi data adalah dokumen.[35] Maka, pengumpulan data atau bahan yang diperlukan diperoleh dari beberapa keterangan yang dikutip dan disaring dari buku panduan kerja yayasan KODAMA, laporan pertanggung jawaban, makalah dan buku-buku penunjang lainnya.
c. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan (observasi) adalah pengamatan yang khusus dan pencatatan yang sistematis yang ditujukan pada satu atau beberapa masalah dalam rangka penelitian dengan maksud untuk mendapatkan data yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.[36]
Observasi yang penulis gunakan adalah pengamatan secara tidak langsung. Hal ini disebabkan penulis tidak terlibat langsung dalam proses pengembangan. Metode ini digunakan untuk menghimpun data tentang situasi KODAMA, keadaan letak geografis, organisasi dakwah, keadaan pengurus serta kader da'i KODAMA.
3. Jenis data
a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari yayasan KODAMA dan dari sumber yang diwawancarai
b. Data sekunder yaitu semua informasi yang berkaitan dengan pengembangan KODAMA, baik berupa buku penunjang pendapat tokoh atau pendapat lain yang menunjang.
4. Analisis data
Dengan cara pengumpulan data di atas selanjutnya dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, setelah data yang berkaitan dengan penelitian terkumpul kemudian disusun dan diklarifikasikan dengan menggunakan kata-kata sedemikian rupa untuk menggambarkan penelitian dengan menggunakan kerangka penelitian induktif. Berupa pengambilan data dari fakta-fakta atau peristiwa khusus menuju pada peristiwa yang lebih umum.
Maka, penelitian ini menguraikan tentang upaya pengembangan sumber daya da'i melalui peningkatan wawasan dakwah dan ketrampilan dakwah dalam meningkatkan kualitas sumber daya oleh Korps Dakwah Mahasiswa (KODAMA) di Krapyak Yogyakarta .
Selengkapnya Silahkan >>>DOWNLOAD
Tags: PENGEMBANGAN KUALITAS SUMBER DAYA DA’I OLEH KORPS DAKWAH MAHASISWA (KODAMA) DI KRAPYAK YOGYAKARTA PERIODE 2000-2005