Pelaksanaan Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Lembaga Pendidikan Umum yang Bermodel Imtaq
Pelaksanaan Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Lembaga Pendidikan Umum yang bermodel IMTAQ
Oleh Team www.seowaps.com
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Istilah
Secara lengkap skripsi ini berjudul “Pelaksanaan Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Lembaga Pendidikan Umum yang Bermodel Imtak”. Untuk memperjelas dan mencegah timbulnya berbagai macam penafsiran serta menyatukan pandangan maka penulis membatasi istilah-istilah yang terkandung dalam judul tersebut sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pelaksanaan diartikan sebagai melaksanakan, dan pelaksanaan erat kaitannya dengan pengorganisasian yang kita kenal dalam administrasi pendidikan yaitu aktifitas menyusun dan membentuk hubungan-hubungan kerja antara orang-orang sehingga terwujud suatu kesatuan usaha dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pengorganisasian tersebut terdapat adanya pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab secara terperinci menurut bidang-bidang dan bagian-bagian sehingga tercipta hubungan kerjasama yang harmonis menuju tujuan[1].
Pengertian program menurut Drs. Moekijat adalah rencana yang telah diolah dengan memperhitungkan faktor-faktor kemampuan, ruang, waktu, dan urut-urutan penyelenggaraannya secara tegas dan teratur, sehingga menjawab pertanyaan apa, siapa, dimana, bilamana, dan sebagainya[2]. Rencana kegiatan yang disusun oleh SMU N 1 Pleret adalah sederetan aktivitas kegiatan keagamaan baik dilakukan dalam jam sekolah maupun di luar jam sekolah.
Pembelajaran asal katanya adalah belajar, belajar adalah sebagai perubahan yang terjadi pada tingkah laku potensial yang secara relatif tetap di anggap sebagai hasil dari pengamatan dan latihan[3]. Yang dimaksudkan pembelajaran di sini adalah suatu kegiatan untuk merubah tingkah laku yang diusahakan oleh 2 belah pihak yaitu antara pendidik dan peserta didik, sehingga terjadi komunikasi 2 arah.
Pendidikan agama Islam adalah usaha untuk mempersiapkan anak atau individu dan menumbuhkannya, baik dari segi jasmani / fisik, akal pikiran dan rohaninya dengan pertumbuhan yang terus menerus agar ia dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi diri dan lingkungannya[4].
Sementara itu pengertian Pendidikan agama Islam didalam GBPP sekolah adalah : Usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam bimbingan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional[5].
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diberikan di SMU N 1 Pleret adalah dengan pemberian pendidikan keagamaan yang menitik beratkan pada peningkatan kemampuan afektif dan psikomotorik, yaitu dengan mempersiapkan dan menumbuhkan akal dan rohani siswa sehingga dalam sehari-harinya siswa mampu untuk menentukan perilaku yang mencerminkan ajaran Islam.
Sehingga dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pelaksanaan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam skripsi ini adalah pelaksanaan beberapa rencana pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang disusun oleh SMU N 1 Pleret.
2. Lembaga Pendidikan Umum
Lembaga Pendidikan adalah suatu organisasi fungsional yang menyelenggarakan suatu program pendidikan dan atau latihan, yang penyelenggaraannya dapat dalam bentuk sistem persekolahan maupun sistem luar sekolah[6].
Lembaga Pendidikan Umum yang dimaksud bertempat di SMU N 1 Pleret, Bantul. SMU N 1 Pleret merupakan lembaga pendidikan formal yang bernaung dibawah Departemen Pendidikan Nasional, berlokasi di kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, DIY.[7]
3. Bermodel Imtak
SMU N 1 Pleret merupakan sekolah umum yang dipercaya oleh KANDEPAG untuk dijadikan sekolah negeri yang bermodel Imtak atau berasas keagamaan. Sehingga di sekolah tersebut diharapkan disetiap kegiatannya baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler terkandung nilai-nilai agamis.
Dari pengertian istilah-istilah di atas, akhirnya diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan judul skripsi ini adalah penelitian lapangan untuk mengetahui tentang pelaksanaan beberapa rencana pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang disusun oleh SMU N 1 Pleret sebagai pengemban SK KANDEPAG No. 450/247/III/2001.
B. Latar Belakang Masalah
Dapat dimengerti bahwa semua negara di dunia pada saat ini dalam proses memasuki era globalisasi begitu pula Indonesia. Hal ini setidaknya ditandai oleh tiga indikator sekaligus dalam perikehidupan manusia di dunia yaitu semakin transparan, mengglobal, dan kompetitif. Dalam era ini tidak mengenal adanya batas geografi antar negara, yang tak mampu lagi membendung distribusi informasi yang semakin beragam, baik jenis serta kualitasnya. Sehingga pagar-pagar budaya bangsa akan semakin merapuh dalam menangkal datangnya kultur-kultur bangsa lain. Oleh sebab itu diperlukan adanya daya selektivitas pada diri bangsa Indonesia terhadap masuknya budaya dari luar.
Era yang melanda bangsa Indonesia ini merupakan salah satu hegemoni dan pengaruh kekuasaan suatu negara atas bangsa lain yang bukan hanya pada aspek ekonomi, intelektual, sosial, budaya dan sains teknologi. Hal ini akan menumbuhkan nilai-nilai baru yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia ataupun agama, sebagai contoh adalah merebaknya nilai pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Sehingga budaya yang seperti ini, akan mempengaruhi pada pola pikir, sikap dan perilaku atau gaya hidup yang akan teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Fenomena tersebut di atas banyak melanda di kalangan remaja, baik yang duduk di SLTP atau SMU bahkan banyak yang telah terkontaminasi melalui internet, televisi dan media masa lainnya. Pernyataan tersebut diperkuat lagi oleh Dr. Zakiyah Daradjat dalam bukunya yang mengungkapkan bahwa“ Di antara ahli jiwa, ada yang berpendapat, bahwa remaja dan problemanya, tidak lain dari hasil akibat kemajuan zaman”[8]. Hal ini dikarenakan remaja masih mempunyai emosi yang meluap-luap dan tidak stabil. Pendapat ini dapat diketahui dari pengertian masa remaja yaitu masa yang paling banyak mengalami perubahan, dari masa anak-anak menuju kepada masa dewasa. Perubahan-perubahan yang terjadi itu, meliputi segala segi kehidupan manusia, yaitu jasmani, rohani, pikiran, perasaan dan sosial[9]. Oleh karena itu kalangan remaja sebagai penerus bangsa, negara dan agama haruslah memiliki suatu fondasi yang kokoh agar dapat melawan dampak dari era globalisasi yang bersifat negatif dengan timbulnya suatu kesadaran selektivitas yang tinggi terhadap nilai-nilai yang masuk.
Selebihnya dengan pendidikan agama Islam, remaja memiliki modal untuk dapat menentukan sikap yang positif, pernyataan ini didukung oleh Prof. Dr. Muh. Al-Abrosyi yang berbunyi : “Sebenarnya pendidikan akhlak itu adalah jiwa dari pendidikan Islam”. Oleh sebab itu di dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam sudah dapat dipastikan bahwa di dalamnya juga diajarkan nilai-nilai akhlak yang mulia. Selain itu tujuan dari diadakannya pendidikan Agama Islam adalah memberikan pemahaman ajaran-ajaran Islam pada anak didik dan membentuk keluhuran budi pekerti sebagaimana misi rasulullah SAW sebagai perintah penyempurnaan akhlak manusia, untuk memenuhi kebutuhan kerja, dan juga dalam rangka menempuh hidup bahagia dunia dan akherat menurut Prof. Dr. H. Mohtar Yahya[10]. Dengan demikian peran pendidikan agama Islam dapat memberikan kontribusi terhadap terbangunnya fondasi nilai-nilai yang kokoh terutama pada usia remaja baik dari aspek kognitif, afektif serta psikomotorik.
Salah satu usaha untuk mendukung semua ini maka terbitlah Surat Keputusan dari Depag tentang sekolah percontohan. Yakni bertujuan untuk merealisasikan program pembelajaran pendidikan agama Islam di lembaga umum. Maka sangat tepat apabila KANDEPAG mengeluarkan keputusan agar ada sekolah-sekolah umum yang dijadikan model percontohan yang dapat bergerak dalam pengembangan nilai-nilai keagamaan. Dan lembaga yang terpilih diantaranya adalah SMU N 1 Pleret.
SMU N 1 Pleret yang dijadikan model percontohan dari KANDEPAG mempunyai beberapa indikator yang dapat mendukung terlaksananya program tersebut diantaranya yaitu :
1. Banyak sekali pondok-pondok yang didirikan di sekitar lingkungan sekolah antara lain : PonPes Baiquniyah Jejeran Wonokromo, Al - Imam Wonokromo, dan Al – Muna Wukirsari yang masing-masing pondok dihuni oleh santri bermacam tempat asal serta kharakter psikologi yang berbeda-beda.
2. Masyarakat sekitar yang mayoritas beragama Islam, dapat memanfaatkan SMU N 1 Pleret sebagai lembaga pendidikan formal guna peningkatan sumber daya manusia yang berimtak dan beriptek.
3. Mengingat pentingnya pendidikan agama Islam untuk diberikan disemua jenjang lembaga baik dari desa maupun dari kota, lebih-lebih bagi daerah antara keduanya (daerah rawan terkena imbas era globaisasi ).[11]
Setelah SMU N 1 Pleret ditunjuk sebagai sekolah yang bermodel Imtak, maka lembaga tersebut segera menyusun rencana-rencana guna mewujudkannya yaitu dengan :
1. Pada saat penerimaan siswa baru atau input sekolah, diberitahukan terlebih dahulu tentang syarat untuk dapat menjadi siswa SMU N 1 Pleret yaitu dengan mengikuti uji wawancara keagamaan serta diwajibkan bagi yang beragama Islam (putri) untuk berjilbab. Pelaksanaan tes dipimpin oleh guru-guru yang mempunyai keunggulan pengetahuan tentang keagamaan dan OSIS khususnya siswa yang tergabung dalam Rohis (Rohani Islam). Rohis adalah organisasi yang bernaung dalam OSIS, yang kegiatannya ialah bergerak dalam keagamaan.
2. Dengan membuat tata tertib yang bernafaskan keIslaman antara lain : apabila murid terlambat masuk sekolah maka diwajibkan untuk sholat dhuha sebelum memasuki kelas dan pelaksanaannya diawasi langsung oleh guru piket. Dengan demikian diharapkan dapat meminimalisir terjadi keterlambatan.
3. Bagi siswa kelas I - III diwajibkan untuk mengikuti pengajian yang dilakukan oleh masing-masing kelas. Pengajian tersebut dilakukan di luar jam pelajaran sekolah dan bergilir antar rumah siswa. Sehingga termasuk kegiatan ekstrakurikuler. Dalam pengajian dibimbing langsung oleh guru agama didampingi oleh wali kelas. Materi yang disampaikan bermacam-macam yaitu dari Al-Qur’an, hadits Rasul serta kisah-kisah keagamaan yang dapat dijadikan motivasi siswa dalam memperkokoh nilai-nilai agama.[12]
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Rencana-rencana apa saja yang dilakukan oleh SMU N 1 Pleret untuk melaksanakan SK KANDEPAG ?.
2. Bagaimanakah pelaksanaan dari program pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilakukan oleh SMU N 1 Pleret ?.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan penelitian atas penulisan proposal ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui rencana-rencana apa saja yang dilakukan oleh SMU N 1 Pleret dalam melaksanakan SK KANDEPAG.
2. Untuk mengetahui keefektifan dari program tersebut.
Sedangkan kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi SMU N 1 Pleret dalam menentukan arah kebijakan yang lebih baik dalam melaksanakan program pembelajaran pendidikan agama Islam.
2. Dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program pembelajaran agama Islam di SMU N 1.
3. Untuk menambah wawasan pengetahuan penulis apabila menghadapi situasi yang sama dimasa yang akan datang.
E. Alasan Pemilihan Judul
Ada berbagai alasan yang penulis kemukakan sebagai dasar pemilihan judul tersebut yaitu :
1. Adanya berbagai masalah di seputar remaja yang berkembang, maka kemudian diperlukan adanya pendidikan agama Islam karena pendidikan tersebut dapat memberikan bekal akhlak yang mulia.
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di lembaga umum negeri tidak adanya penitik beratan dalam aspek afektif dan psikomotorik.
3. Dalam pelaksanaannyapun harus ditunjang adanya kerjasama antara berbagai pihak baik itu di lingkup sekolah dan keluarga yang merupakan bagian dari komunitas yang tidak dapat terpisahkan dalam mencapai tujuan pendidikan.
F. Metode Penelitian
1. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh[13]. Untuk mempermudah mengidentifikasi sumber data, Prof. Dr. Suharsimi Arikunto mengklasifikasikannya menjadi 3 yaitu :
Person, ialah sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket.
Place, adalah sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam (ruangan, kelengkapan alat, wujud benda, warna, dan lain-lain) dan bergerak (aktivitas, kinerja, laju kendaraan, ritme nyayian, gerak tari , sajian sinetron, kegiatan belajar-mengajar, dan lain sebagainya). Keduanya merupakan obyek untuk penggunaan metode observasi.
Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain, yang cocok untuk penggunaan metode dokumentasi [14]
Dalam penelitian ini penulis mengambil sumber person yakni :
1. Kepala Sekolah dan Waka Sek
2. Guru Pendidikan Agama Islam
3. Guru bidang studi lain yang beragama Islam
4. Karyawan SMU N 1 Pleret
5. Siswa-siswa SMU N 1 Pleret
Untuk menentukan sumber data dari kalangan siswa maupun guru bidang studi lain, maka penulis menggunakan teknik purposive sampling atau sampel bertujuan yaitu pengambilan subyek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu[15].Tujuan dari penggunaan teknik ini adalah menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul[16]. Secara terperinci penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran PAI di kelas maupun di luar kelas. Sehingga dipilih sumber data yang hanya terlibat secara langsung, dalam hal ini siswa yang dijadikan sebagai subjek penelitian.
Kemudian penentuan jumlah sampel untuk siswa dengan sampel bertujuan, maka penulis mengambil kelas I - III dari siswa siswi SMU N 1 Pleret sejumlah yang diperlukan. Seperti yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Suharsimi Arikunto” Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh”[17]. Namun syarat-syarat dari sampel tersebut adalah :
a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi
b. Subyek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subyek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key subject)
c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan.[18](studi pendahuluan tersebut dapat dilakukan dengan membaca literatur, mendatangkan ahli –ahli atau manusia sumber untuk berkonsultasi dan memperoleh informasi, serta mengadakan peninjauan ke tempat atau lokasi penelitian untuk melihat benda atau peristiwa)[19].
Maka dari pengertian di atas, dengan dibantu oleh guru PAI, penulis diarahkan hanya mengambil kelas I A, II E dan III IPA 2 yang berjumlah 108 siswa.
2. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang cukup dan sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti, maka penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data dimana satu sama lain saling terkait dan melengkapi yakni :
a. Metode Observasi
Sebagai metode ilmiah observasi berarti pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang akan diselidiki[20]. Mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Alat yang dapat digunakan diantaranya dengan mengadakan tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara. Mengetes adalah mengadakan pengamatan terhadap aspek kejiwaan yang diukur. Kuesioner diberikan kepada respon untuk mengamati aspek-aspek yang ingin diselidiki. Rekaman gambar dan rekaman suara sebenarnya hanyalah menyimpan kejadian untuk penundaan observasi[21]. Dalam hal ini penulis tidak melakukan tes.
Observasi yang penulis ambil adalah tersistematis. Sehingga penulis membutuhkan adanya pedoman observasi. Pedoman observasi penulis yakni sistem tanda (sign system). Maka dibutuhkan adanya daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang pelaksanaan program pembelajaran pendidikan agama Islam yang dilakukan oleh siswa seperti sholat berjama’ah, sholat jum’at, khotbah, dan pengajian rutin yang pelaksanaannya telah dijadwalkan.
Dengan demikian metode observasi ini menjadi metode yang penting dalam penelitian ini, sebab melalui metode observasi ini penulis dapat mengungkapkan gejala-gejala yang ditampilkan oleh sampel dalam penelitian secara optimal.
b. Metode Wawancara
Yang dimaksud metode wawancara adalah suatu metode pengumpulan data melalui pengamatan dengan melakukan tanya jawab yang dilakukan secara lisan[22]. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan dan memperoleh tanggapan, pendapat, ataupun keterangan secara lisan dari responden. Dalam pelaksanaan wawancara, penulis menggunakan jenis wawancara bebas terpimpin, hal ini dimaksudkan agar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terperinci, namun penyampaian responden secara bebas tidak terikat.
Metode wawancara ini penulis gunakan untuk mencari informasi mengenai latar belakang sejarah maupun keadaan SMU N 1 Pleret.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya[23]. Dalam pengertian yang lebih luas, dokumen bukan hanya yang berwujud tulisan saja, tetapi dapat berupa benda-benda peninggalan seperti prasasti dan simbol-simbol[24]. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berhubungan dengan : gambaran umum tentang keadaan sekolah SMU N 1 Pleret yaitu berupa letak geografisnya, sejarah singkat berdirinya, jumlah siswa, keadaan guru, tenaga administrasi, struktur organisasi, peraturan sekolah, kurikulum pendidikan, materi PAI, dan sarana fasilitasnya. Sehingga metode ini juga mendukung penulis guna memperoleh data yang lebih valid. Untuk itu dibuat data dokumentasi.
d. Metode Angket
Pengertian metode angket adalah cara pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan tertulis melalui sebuah daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya[25].
Metode ini digunakan penulis untuk mengumpulkan data yang berkait dengan pelaksanaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi dari pembelajaran program pendidikan agama Islam dengan responden kelas I A, II E dan III IPA 2 untuk mengisi beberapa item pertanyaan yang diajukan penulis dalam bentuk multiple choise questios. Adapun angket yang disebarkan kepada responden terdapat pada bagian lampiran-lampiran skripsi ini.
3. Metode Analisis Data
a. Analisis Data Kuantitatif
Untuk data kuantitatif penulis akan menggunakan analisis data statistik, yaitu teknik pengumpulan data penyusun, penyajian dan penganalisaan berdasarkan hasil angket.
b. Analisis Data Kualitatif
Untuk data kualitatif penulis akan menggunakan analisis diskriptif yaitu dengan cara berfikir deduktif dan induktif. Deduktif maksudnya adalah metode berpikir yang berangkat dari feomena-fenomena yang bersifat umum kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Induktif maksudnya adalah metode berfikir yang berawal dari fenomena-fenomena yang bersifat khusus kemudian ditarik genaralisasi yang bersifat umum[27].
Dalam hal ini analisa data tidak menggunakan angka melainkan dalam bentuk laporan atau uraian diskriptif tentang program pengembangan pendidikan agama Islam baik pelaksanannya maupun usaha-usaha yang dilakukan guna penunjang program tersebut. Penggunaan analisa data kualitatif dalam penelitian ini adalah untuk memberikan kesimpulan terhadap tanggapan yang telah dituliskan responden.
G. Tinjauan Pustaka
Guna melengkapi proposal skripsi ini penulis menggunakan beberapa pijakan dari skripsi-skripsi sebelumnya yang berkaitan dengan program pengembangan pendidikan agama Islam antara lain adalah skripsi karya Siti Hajar Lutfiah yang berjudul Model dan Metode Kegiatan Sitivas Aktivita Islamika (SAI) sebagai salah satu bentuk kegiatan keagaaman yakni yang dibentuk oleh OSIS SMU N 8.
Skripsi tersebut membahas tentang tujuan, materi, metode maupun pelaksanaannya yang dijadikan penunjang kegiatan keagamaan di SMU N 8 tersebut[28]. Skripsi kedua adalah Sumbangan Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan terhadap PAI di SMU N 7 Yogyakarta yang ditulis oleh saudari Ulfah Adhiyah, dalam skripsinya ini memaparkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang berupa tinjauan pelaksanaan dan bentuknya dapat memberikan sumbangan yang cukup berarti dalam PAI yang dilaksanakan oleh siswa melalui organisasi ROHIS di SMU 7 Yogyakarta sehingga nantinya dapat bermanfaat baik itu di sekolah maupun di masyarakat[29].
Hal terpenting yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah bahwa program pengembangan pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di SMU N 1 Pleret pada dasarnya bertumpukan pada pengembangan 3 aspek yaitu aspek kognitif realitas, afektif maupun psikomotorik.
Oleh sebab itu maka perlu adanya penelitian tentang tanggapan, pendapat ataupun alasan dari kepala sekolah, para siswa, ataupun warga sekolah lain seperti guru pendidikan agama Islam, guru bidang studi lain yang beragama Islam dan lainnya tentang pelaksanaan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan program pembelajaran pendidikan agama Islam di SMU N 1 Pleret yang ditunjuk oleh KANDEPAG sebagai sekolah percontohan yang bermodel Imtak.
H. Kerangka Teoritik
1. Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pada pembelajaran pendidikan agama Islam perlu membentuk adanya program yang menunjang pengembangan kurikulum yakni yang bersifat ekstrakurikuler dalam berbagai hal untuk menambah dan mengaplikasi tahapan proses Pendidikan Agama Islam.
Kegiatan ekstrakurikuler menurut Dr. Sudirjo“Kegiatan diluar jam biasa yang bertujuan agar siswa lebih menghayati apa yang dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler “[30].
Oleh sebab itu penyelenggaraan program yang ada harus sesuai dengan tujuan pendidikan. Hal ini dipertegas oleh pernyataan Dr. Suharsimi Arikunto bahwa antara kegiatan belajar - mengajar dengan tujuan pendidikan terdapat hubungan erat yakni :[31]
a. terikat dengan tujuan kurikulum dengan bahan pelajaran
b. bahan pelajaran dengan alat-alat evaluasi
c. tujuan kurikulum dengan alat-alat evaluasi
Tujuan pendidikan juga mempunyai tiga tingkatan :
a. tujuan umum pendidikan
b. tujuan didasarkan atas tingkah laku (taksonomi)
c. tujuan yang dirumuskan secara operasional
Dalam hal ini penulis menyoroti tentang tujuan didasarkan pada tingkah laku karena dari point inilah dapat diteliti secara langsung berhasil atau tidaknya pendidikan. Menurut Bloom (1956), Krathwohl (1970) dan Simpson (1964), tujuan didasarkan tingkah laku (taksonomi) meliputi tiga aspek tersebut adalah :[32]
a. The cognitive domain
b. The affective domain
c. The psychomotoric domain
a. The cognitive domain has something to do with cognition, thinking, the work of the brain.
b. The affective domain has something to do with the affection, feeling, the work of the heart.
c. The psychomotoric domain has something to do with the movements of the members of the body, skills, the work of the limbs and body
Sesuai dengan pengertian tersebut di atas maka program kegiatan keagamaan bertujuan antara lain :
a. Meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa.
b. Mengembangkan bakat serta minat dalam upaya pembinaan pribadi siswa menuju manusia seutuhnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan ketiga aspek tersebutlah yang harus terus dikembangkan. Dalam aspek kognitif misalnya kegiatan yang bersifat pemberian materi Pendidikan Agama Islam seperti pengajian rutin, kajian keputrian hari jum’at siang serta ceramah-ceramah pada saat peringatan hari besar Islam (PHBI). Sedangkan dalam aspek afektif yaitu kegiatan yang bersifat pembagian zakat, pembagian hewan qurban maupun hal-hal yang tercakup dalam program pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dapat menumbuhkan sikap untuk bisa saling menghormati, menghargai maupun mewujudkan rasa solidaritas terhadap sesama. Kemudian dalam pengembangan aspek psikomotorik yaitu bimbingan ibadah praktis seperti sholat Dhuha, Jum’at, sholat berjama’ah, dan peribadatan lainnya.
2. Pendidikan Agama Islam
Di dalam GBPP PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha secara sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam bimbingan kerukunan antar umat beragama di masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.
Dari pengertian tentang Pendidikan Agama Islam dalam GBPP tersebut diatas dapat ditarik beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu sebagai berikut :
1. Pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai.
2. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan ; dalam arti bimbingan, diajari dan atau dilatih peningkatan keyakinan, pemahaman terhadap ajaran agama Islam.
3. Pendidik lebih spesifik guru PAI yang melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.
4. Pembelajaran PAI diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam dari peserta didik, yang disamping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi dan kesalehan sosial, sehingga dapat terwujud persatuan dan kesatuan nasional[33].
Dalam proses pembelajaran agama Islam terdapat tiga tahapan yaitu :
1. Tahap kognisi yaitu adanya pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dari nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama Islam
2. Tahap afeksi yakni terjadi proses internalisasi ajaran dan nilai agama kedalam diri siswa sehingga tumbuh motivasi dalam diri siswa dan bergerak untuk mengamalkan dalam sikap sehari-hari dalam kehidupannya.
3. Tahap psikomotorik yaitu pengamalan siswa terhadap segala ajaran Islam yang berupa praktik, misalnya praktik ibadah.
Menurut Drs. Hasan Basri dalam bukunya tentang “Remaja Berkualitas“[34] dengan pengembangan aspek tersebut maka remaja dapat menuju peningkatan kualitas dan mencegah terjadinya kenakalan remaja. Sehingga pengembangan berbagai aspek-aspek tersebut tidak hanyalah berkisar masalah pelajaran dari kurikulum yang telah ada, namun lebih mengarah proses sosial yang ada dalam kehidupan dunia maupun akhirat.
Oleh sebab itu perlu upaya pengembangan pendidikan agama Islam yang ada di sekolah yakni dengan adanya integrasi dan sinkronisasi antara pendidikan agama dengan realitas yang menjadi tuntutan siswa saat ini, serta sebagai usaha pengembangan kurikulum dengan menggunakan pengalaman belajar yang bervariasi.
3. Ragam Metode
Dalam pelaksanaan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam dibutuhkan beberapa metode sebagai penunjang kegiatan tersebut. Menurut Muhibbin Syah, terdapat empat macam metode mengajar yang dipandang representative dan dominan dalam arti digunakan secaraluas sejak dahulu hingga sekarang pada setiap jenjang pendidikan.
a. Metode ceramah
b. Metode diskusi
c. Metode Dokumentasi
d. Metode ceramah plus[35]
Sedangkan menurut Oemar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, terdapat beberapa macam metode yang pernah digunakan dalam kalangan Islam dan juga bukti dari ayat al-Qur’an dan Hadits, sebagai berikut :
a. Metode pengambilan kesimpulan atau induktif
b. Metode Qiyasiyah atau perbandingan
c. Metode kuliah
d. Metode dialog dan perbincangan
e. Metode lingkaran (halaqah)
f. Metode mendengar
g. Metode riwayat
h. Metode membaca
i. Metode Imla’ (dictation)
j. Metode hafalan
k. Metode pemahaman
l. Metode lawatan untuk menuntut ilmu[36]
Menurut JJ Hasibuan terdapat enam metode dalam proses belajar mengajar, yaitu :
a. Metode ceramah
b. Metode Tanya jawab
c. Metode diskusi
d. Metode kerja kelompok
e. Simulasi
f. Metode demonstrasi[37]
Demikian metote-metode yang telah dipaparkan tokoh-tokoh pendidikan yang sangat bervariatif dan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dari semua metode di atas dapat diambil beberapa yang sesuai dengan materi dan yang dibutuhkan oleh guru guna menunjang program pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
I. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan para pembaca dalam menelaah skripsi ini, penulis membagi pembahasannya dalam empat bab. Sebelum memasuki bab pertama diuraikan tentang : Halaman Judul, Nota Dinas, Nota Konsultasi, Pengesahan, Motto, Persembahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, dan Daftar Tabel.
Setelah bagian formalitas, disusunlah keempat bab sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan Skripsi merupakan pertanggungjawaban ilmiah, karena itu memuat hal-hal sebagai berikut : Penegasan Istilah, Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Alasan Pemilihan Judul, Metode Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Teoritik, dan Sistematika Pembahasan.
BAB II : Gambaran Umum SMU N 1 Pleret, meliputi : Letak Geografis, Sejarah Singkat Berdirinya SMU N 1 Pleret, Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa, Struktur Organisasi, Peraturan Sekolah, Program Pengajaran, Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Sarana dan Fasilitas baik fasilitas pendidikan dan keagamaan.
BAB III : Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMU N 1 Pleret meliputi : Hakekat Program Imtak di SMU N 1 Pleret, Analisis Hasil Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas, Faktor Pendukung serta Penghambat Program dan Usaha Mengatasinya.
BAB IV : Penutup berupa Kesimpulan dan Saran serta lampiran-lampiran yang sepadan dengan tema dan kebutuhan penelitian, Curriculum Vitae.
Selengkapnya Silahkan >>> DOWNLOAD
Tags: Pelaksanaan Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Lembaga Pendidikan Umum yang bermodel IMTAQ