NILAI-NILAI TASAWUF DALAM PERKEMBANGAN FISIKA MODERN
NILAI-NILAI TASAWUF DALAM PERKEMBANGAN FISIKA MODERN
Oleh :Team www.seowaps.com
ABSTRAK
Terdapat keparalelan pemikiran antara tasawuf dan fisika modern, dimana tasawuf berdasarkan pada pemahaman langsung ke dalam alam realitas dan fisika modern berdasarkan atas observasi terhadap fenomena-fenomena alam dan eksperimen-eksperimen ilmiah yang diinterpretasikan dan dikomunikasikan lewat kata-kata yang akan menjadi terlampau abstrak ketika berdekatan dengan realitas yang menyebabkan kesadaran akan fakta.
Tasawuf memiliki nilai-nilai yang sangat banyak dalam fisika modern, namun ini mungkin kurang disadari oleh ummat islam. Padahal dalam tasawuf yang mengambil ayat-ayat Al-Qur’an banyak sekali hal-hal yang sebenarnya dalam fisika modern terkuantisasikan dalam bentuk rumus-rumus, yang hal tersebut dapat kita ambil sebagai rasionalitas eksistensi tertinggi Sang Pencipta (Allah Subhaanahu Wa Ta'ala) sehingga fisika modern dapat dijadikan sebagai pembedah ayat-ayat Al-Qur’an dalam menunjukkan hakekat spiritualitas.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Segala ilmu yang diperlukan manusia itu tersedia di dalam Al-Qur’an, meskipun secara garis besarnya saja, yang rinciannya dapat ditemukan pada Sunnah Rasul bagi ilmu keakheratan dan dalam alam semesta bagi ilmu keduniaan[1]. Wajib bagi setiap muslim dan muslimah untuk mencari dan memperdalam ilmu sesuai dengan bidang dan kemampuannya agar dapat menjalankan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini. Seorang muslim atau muslimah tidak boleh hanya mengutamakan ilmu keakheratan saja atau ilmu keduniaan saja, keduanya harus ada pada diri ummat islam walaupun proporsinya tidak seimbang atau dominasi salah satunya.
Al-Qur’an secara global telah banyak membicarakan tentang ilmu pengetahuan alam dan teknologi, maka untuk mengetahui secara pastinya kita harus memiliki ilmu kealaman melalui pemahaman dan pengertian tentang alam semesta beserta sifat dan fenomenanya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah lapangan kegiatan yang terus menerus dikembangkan karena mempunyai manfaat sebagai penunjang kehidupan manusia[2].
Allah Subhaanahu Wa Ta'ala memberikan akal pada manusia agar dengan akal ini manusia bekerja dengan giat memikirkan secara serius dan mendalam tentang segala sesuatu dan segala peristiwa dalam jagad (universum) ini baik dengan metoda induksi maupun deduksi sehingga dicapai hakekat-hakekat yang lebih tinggi untuk kemudian ditingkatkan lagi sehingga manusia dengan akalnya itu dapat mengenal kebenaran yang tertinggi yaitu Allah Rabbul ‘Alamien[3].
Alam semesta yang diciptakan Allah Subhaanahu Wa Ta'ala adalah sebuah laboratorium yang maha lengkap yang penuh berisi pertanda ke-Mahaan Allah Subhaanahu Wa Ta'ala yang telah merancang, mencipta, memelihara dan kelak mengambilnya kembali[4]. Laboratorium yang maha lengkap ini tidak akan berfungsi dan tidak akan menjadi dinamis bagi kehidupan manusia apabila manusia tidak mau merenungi dan memikirkan untuk mengolahnya. Manusia sebagai penggali dan pencari ilmu pengetahuan tidak cukup hanya dengan membaca saja tanpa berfikir. Dalam Al-Qur’an, manusia didorong untuk menggunakan akalnya dan banyak berfikir[5].
Manusia mencari ilmu pengetahuan kebanyakan berangkat dari hasil rangsangan-rangsangan yang ditangkap oleh indera lahiriah, dan setelah sampai di otak diurai menurut ilmu pengetahuan yang ada padanya kemudian dalam beberapa hal akan tiba pada titik ketidakmampuan otak untuk mengurai, karena rasionya sudah tidak dapat menjangkau lagi atau bukan lagi menjadi medan rasio[6]. Namun demikian ilmu pengetahuan kealaman dalam hal mencari hakikat haruslah berangkat dengan keyakinan yang mantap terlebih dahulu, yakin bahwa manusia memiliki kemampuan terbatas serta sadar bahwa rasio manusia begaimanapun tingginya dan besar nilainya hanya sekedar pelengkap saja untuk mencapai hakikat[7]. Keterbatasan akal atau rasio menunjukkan bahwa apa yang tidak rasional belum tentu tidak benar, kebenaran ayat-ayat Al-Qur’an hingga kini dapat dikaji di dalam ilmu fisika, astronomi, dan kosmologi [8].
Fisika adalah ilmu yang mempelajari struktur dasar dan proses perubahan yang terjadi pada materi dan energi[9] dan juga menyelidiki fenomena terutama yang diamati dari benda-benda tak bernyawa. Al-Qur’an menaruh perhatian sangat besar kepada ilmu tersebut seperti nampak dalam uraiannya tentang alam Ilahi yang amat menakjubkan, seperti sifat-sifat ruang dan waktu, materi serta gerakannya[10].
Ilmuwan yang beriman akan menggunakan akal dan nalarnya untuk memahami atau menjawab tiap peristiwa. Selanjutnya manusia akan berusaha mencari sebab-sebabnya maupun akibat yang mungkin dapat terjadi karena peristiwa tersebut[11]. Pada tahun 1920-an ini Edwin Hubble mendapatkan cara untuk memperkirakan jarak galaksi dan mengukur kecepatan gerak galaksi [12]. Saling menjauhinya benda-benda angkasa itu memiliki kelajuan yang sangat besar dan ini dibuktikan dengan pergeseran Doppler Relativistik, yaitu :
disini : v adalah laju relatif dimana objek dan pengamat bergerak saling menjauhi.
f adalah frekuensi objek yang diukur pada saat objek diam terhadap pengamat dan f’ adalah frekuensi objek yang bergerak dengan laju v terhadap pengamat.
Kenyataan ini membawa kesimpulan, bahwa universe berada dalam keadaan memuai (ekspansi) dengan kecepatan besar, ini menyiratkan tentang struktur jagad raya yang “terbuka” [14] sehingga dikatakan alam semesta selalu dinamis.
Alam semesta termasuk bumi yang kita tempati ini terdiri dari bermacam-macam unsur yang saling membentuk suatu materi, baik yang bisa dirasakan oleh indera ( kongkret ) maupun yang tidak bisa dirasa oleh indera biasa melainkan harus menggunakan alat-alat khusus ( abstrak ) seperti partikel-partikel, molekul-molekul, maupun atom-atom yang bergetar yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya membentuk suatu materi.
Molekul-molekul dan atom-atom terdiri dari partikel-partikel yang saling berinteraksi satu sama lainnya dengan cara mencipta dan menghancurkan partikel-partikel yang lain. Atmosfer bumi terus menerus dibombardir oleh guyuran-guryuran “sinar-sinar kosmis”, partikel-partikel berenergi tinggi yang mengalami tumbukkan berkali-kali ketika mereka menembus udara[15]. Reaksi ini seperti yang dikatakan oleh Ibnu ‘Arabi untuk mengungkapkan tentang penyatuan hakiki antara Tuhan dengan manusia yang dilambangkan dengan samudera, gelombang-gelombang besar, buih-buih, dan tetesan yang dalam tiap hal nampak berbeda namun sama untuk melambangkan kerinduan individual untuk kesatuan dan pemusnahan dalam keseluruhan [16].
Alam semesta merupakan suatu sistem jaringan yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya yang tidak terpisahkan. Hal ini dapat diterangkan melalui kosmologi dunia makrokosmos dan mikrokosmos. Para fisikawan untuk mengetahui keterkaitan alam semesta tersebut dilakukan melalui berbagai macam eksperimen yang selanjutnya dibuat dalam bentuk grafik, diagram, teori matematika yang semuanya itu ternyata menjadi suatu pengalaman religius bagi para fisikawan. Fritjof Capra mengungkapkan hal tersebut dalam bukunya “Tao of Physics” sebagai berikut :
Pada saat saya duduk ditepi pantai itu, pengalaman-pengalaman saya yang terdahulu menjadi hidup, saya “menyaksikan” guyuran air terjun energi turun dari angkasa terluar yang di dalamnya partikel-partikel terbentuk dan hancur dalam getaran-getaran ritmis; saya “menyaksikan” atom-atom dari elemen-elemen itu dan atom-atom dari tubuh saya turut serta dalam tarian kosmis energi ini, saya merasakan iramanya dan “mendengarkan” suaranya, dan pada saat itu saya memahami bahwa ini adalah Tarian shiva dewa para penari yang dipuja oleh para penganut Hindhu [17].
Ulama sufi memandang alam semesta sebagai makrokosmis sama dengan mikrokosmis. Manusia adalah dunia miniatur mikrokosmos yang merupakan cerminan makrokosmos, hukum alam mengatur seluruh manusia sehingga perbedaan antara ruh dan materi terhapus karena pada level sub-atom materi adalah kegelapan yang tidak mempunyai keberadaan nyata [18]. Kenyataannya memang sesuatu yang besar itu (makrokosmis) tersusun dari segala sesuatu yang kecil-kecil (mikrokosmis) yang membentuk suatu ikatan makro dan saling terkait. Para sufi dalam memahami hal tersebut melalui suatu pengalaman mistis “penyaksian” yang dalam bahasa mereka sebut sebagai “musyahadah” atau “ma’rifat”, seperti yang mereka katakan, yaitu barangsiapa ma’rifat ( terhadap ) Allah Subhaanahu Wa Ta’ala akan dikokohkan oleh keabadian dan dunia seisinya terasa sempit [19].
Perkembangan ilmu fisika modern selaras dengan pemikiran kaum sufi. Awal abad kedua puluh, fisika modern telah banyak dan begitu cepat mempengaruhi kehidupan manusia. Terutama dalam fisika atom yang dengan cepat banyak berdiri industri yang menggunakan dasar teori atom tersebut, sehingga alam semesta beserta isi dan segala fenomena yang ada di dalamnya mengenai struktur kosmologis dapat dipandang melalui teori fisika dan tasawuf. Terdapat titik-titik kesejajaran ketika memasuki dimensi dunia mistik religius dan fisika modern dalam memandang alam semesta.
Pengaruh perkembangan fisika modern tersebut juga menyentuh dalam pola pikir dan kebudayaan manusia. Perkembangan fisika modern tidak lepas dari perbaikan / revisi secara radikal terhadap fisika klasik (Newtonian) terutama pada bidang materi, ruang dan waktu, serta sebab akibat (kausalitas) yang menuju ke arah pemikiran yang bersifat mistis (abstrak), sehingga memunculkan metafisika.
Werner Heisenberg mengungkapkan seperti yang dikutip oleh Frtjof Capra dalam Tao of Physics, sebagai berikut :
Konstribusi ilmiah yang terbesar dalam fisika teoritis berasal dari Jepang sejak perang berakhir merupakan suatu indikasi dari bertemunya hubungan khusus antara ide-ide filsafat dalam tradisi Timur Jauh dan substansi filsafat dari teori quantum [20].
Keparalelan antara pemikiran dalam tasawuf dengan fisika modern yang menyebabkan adanya titik temu dan hubungan terjadi karena tasawuf didasarkan pada pemahaman langsung ke dalam alam realitas, sementara fisika didasarkan atas observasi terhadap fenomena-fenomena alam dan eksperimen-eksperimen ilmiah yang diinterpretasikan dan dikomunikasikan lewat kata-kata, dimana kata-kata tersebut terlampau abstrak ketika berdekatan dengan realitas yang menyebabkan kesadaran akan fakta inilah yang menjadi titik temu antara fisika modern dan sufi[21].
Nilai-nilai tasawuf yang mewarnai fisika modern yang ingin penulis ungkapkan dalam hal ini berhubungan dengan alam semesta terutama mengenai ruang dan waktu serta penyatuan dalam keberagaman sehingga dapat memperlihatkan bahwa dalam perkembangan fisika modern tidak terlepas dari etika-etika agama. Kita menyadari bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah membawa kepada pemikiran manusia seolah-olah dialah penguasa alam semesta karena dengan ilmunya manusia dapat mengendalikan alam lingkungannya dan berbuat semaunya untuk menguasai orang lain.
Tasawuf yang menekankan pada aspek pensucian hawa nafsu yang bertujuan untuk mengenal dan mencintai sang pencipta dan penguasa alam semesta, sebenarnya banyak sekali nilai-nilainya yang terkandung dalam fisika modern, sebagaimana yang telah dikatakan di atas mengenai materi dalam level subatom atau dunia mikrokosmos, walaupun para fisikawan barat dalam memahaminya bersentuhan dengan mistis diluar islam (Hindu, Budha, Zen, Tao dan lain-lain), maka penulis mencoba untuk mengungkapkannya melalui pemikiran-pemikiran islam (tasawuf) misalnya fana’, baqa’, Jam’u dan lain-lain. Hal ini diharapkan dapat membuka wawasan terhadap pencinta fisika terutama muslimin dan muslimah agar dalam mempelajarinya tidak sebatas pada keilmuannya, tetapi lebih jauh dari itu untuk lebih mengenal dan mendekatkan diri pada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala. Oleh karena itu penulis mencoba untuk mengungkapkan keparalelan tasawuf dan fisika modern dalam “Nilai-Nilai Tasawuf Dalam Perkembangan Fisika Modern”.
B. Perumusan Masalah
Masalah-masalah yang terkait dengan tasawuf dan fisika modern yang akan dibahas dalam kajian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep ruang dan waktu, penyatuan benda-benda, dan eksistensi materi alam semesta dalam tasawuf.
2. Bagaimana konsep ruang dan waktu, penyatuan benda-benda, dan eksistensi materi alam semesta dalam fisika modern.
3. Bagaimana hubungan dari kenyataan adanya kepararelan antara pemahaman tasawuf dan fisika modern yang mempengaruhi kehidupan manusia.
C. Pembatasan Masalah
Pembahasan mengenai masalah nilai-nilai tasawuf dalam perkembangan fisika modern merupakan suatu bahasan yang di dalamnya terkandung unsur-unsur suatu gagasan umum yang melihat keparalelan antara tasawuf dengan fisika modern.
Keparalelan antara tasawuf dan fisika modern tersebut difokuskan pada, alam semesta, ruang dan waktu, dan penyatuan dalam keberagaman.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan yang dapat memberikan konstribusi terhadap pandangan filsafat islam terutama kalangan mistikus dan keselarasannya dalam perkembangan fisika modern, diantaranya adalah untuk:
1. Menyingkap alam semesta mengenai konsep ruang dan waktu serta kedinamisannya menurut cara pandang tasawuf.
2. Menyingkap alam semesta menganai konsep ruang dan waktu serta kedinamisannya menurut cara pandang fisika modern.
3. Memahami hubungan dari timbulnya keparalelan antara fisika modern dengan tasawuf.
E. Kegunaan Penelitian
Penelitian mempunyai beberapa tujuan yang diharapkan mampu memberikan pandangan tentang nilai-nilai islam yang terkandung dalam ajaran tasawuf (sufisme) dalam perkembangan fisika modern. Kegunaan penelitian ini antara lain adalah :
1. Memasukkan nilai-nilai agama dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga manusia tidak merasa disingkirkan ( terisolir ) dari kehidupannya sendiri yang selalu banyak terpengaruh oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan demikian antara agama dan ilmu pengetahuan dan teknologi ada suatu keterkaitan saling mendukung dan saling menguatkan.
2. Memperkaya khasanah pemikiran dunia islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan terutama bidang fisika.
3. Membangun kembali dan menggunakan nilai-nilai dasar dan moral agama terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan supaya nilai-nilai agama dapat dijadikan sebagi pemicu semangat untuk menuntut dan terus menggali ilmu pengetahuan dan teknologi serta sebagai filter dari dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
F. Tinjauan Pustaka
Perkembangan ilmu fisika dan ilmu agama dalam hal ini agama islam tidak lepas dari peranan para filosof baik yang berkecimpung dalam masalah agama maupun ilmu pengatahuan terutama kealaman.
Sejak manusia menyadari kekuatan akalnya yang begitu besar orang-orang yang menggunakan akal pikirannya terus menerus berusaha untuk membuat rumusan-rumusan dibidang sains melalui berbagai macam metode eksperimen dalam bidang fisika, misalnya : Galileo Galilei yang seorang fisikawan juga seorang filosof yang telah mengembangkan dasar sains, Newton yang membangun fisika klasik juga dikenal sebagai filosof [22].
Kepercayaan yang berlebihan pada pentingnya akal telah mengakar sepanjang abad pertengahan, bahwa setiap penyelidikan terhadap fenomena alam harus didasarkan pada pengamatan, pengalaman, dan percobaan dengan menggunakan metode empiris, sampai filosof Inggris Francis Bacon mengatakan bahwa “Pengetahuan adalah kekuasaan” [23].
Hal di atas telah membawa pada pandangan bahwa akal adalah satu-satunya kekuatan yang mampu menguak rahasia alam semesta dan keberadaan sebagaimana kenyataannya tidak bisa lepas atau meninggalkan keimanan, yang mana iman menurut Al-Qur’an adalah mengetahui dan mengenal keberadaan secara universal seperti apa adanya[24]. Oleh sebab itu ilmu yang mendampingi iman akan menghindarkan jiwa manusia dari pencemaran dan takhayul[25].
Perkembangan pemikiran dalam agama islam juga banyak dipengaruhi oleh peranan para filosof, diantaranya adalam Ibnu ‘Arabi yang meletakkan dasar-dasar “Pantheisme”, Suhrawardi yang ada di Iran mengenalkan ajaran filsafat “Iluminasi”, Mansur Al-Hallaj seorang filosof dan juga sufi yang terkenal dengan ajaran “Wihdatul Wujud” dengan Ana Al-Haqnya. Mereka semuanya ini adalah filosof-filosof yang mempunyai corak mistis dalam ajarannya.
Para agamawan yang dimaksud di atas (para sufi) itu dalam ungkapan-ungkapan mereka tentang fenomena alam semesta ini parallel (sejajar) dengan pandangan para fisikawan. Para sufi itu mengungkapkan ajaran-ajarannya melalui pendekatan akal yang bercorak mistik. Keparalellan ini terasakan ketika memasuki dunia mikrokosmos dalam level sub-atom dimana materi hanya menunjukkan kencenderungan untuk ada sehingga diasumsikan sebagai sesuatu yang ghaib.
Pada dekade delapan puluhan seorang fisikawan Fritjof Capra mengemukakan tentang kesejajaran antara fisika dan mistisisme timur dalam bukunya “Tao of Physics” yang menerangkan saling keterkaitan didalam segala sisi kehidupan sampai kepada ajaran-ajaran agama serta buku “The Dancing Wu Li Masters” karya Gary Zukaf yang menguraikan bagaimana memahami makna fisika baru terutama dalam fokus relativitas dan kuantum yang juga menyinggung tentang keterkaitan antara manusia dengan alam sampai kepada Sang Pencipta.
Buku lain adalah Mistisisme Dan Fisika Baru karya Michael Tabolt yang menerangkan tentang fisika kuantum yang digunakan sebagai pemercepat perkembangan teknologi sehingga membantu para ilmuwan untuk mengungkapkan fenomena-fenomena yang sebelumnya belum terungkap melalui fisika Newtonian ( fisika klasik ). Ungkapan dalam fisika kuantum dalam buku ini sejajar dengan yang diungkapkan oleh para mistikus mengenai alam semesta ini.
Cara memandang ilmu pengetahuanpun berbeda dari kacamata filsafat dan fisika. Filsafat memandang bahwa pengetahuan itu didapatkan dengan menggunakan akal dalam menganalisis fenomena-fenomena, dan para filosof banyak yang mengatakan selain mnggunakan akal mereka juga mendapatkan bimbingan dari Tuhan. Sementara para fisikawan memandang bahwa ilmu pengetahuan didapatkan melalui berbagai macam eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah yang telah diakui oleh banyak ilmuwan.
Sementara buku yang menerangkan tentang tasawuf atau ajaran sufi (sufisme) dalam filsafat islam seperti dalam karangan Sachiko Murata yaitu “The Tao of Islam” tentang pemikiran islam dalam hubungannya antara Tuhan dan alam semesta, alam semesta dan manusia, serta manusia dan Tuhan. mengatakan bahwa kesatuan pemikiran atau pengetahuan itu ditemukan melalui pemahaman jenis-jenis hubungan yang ada dalam realitas, serta “Tahajud” karya Muhammad Sholeh yang menerangkan tentang manfaat sholat tahajud dalam meningkatkan kesehatan dan menurunkan hormon stress dalam tubuh pelaku sholat tahajud yang berhubungan dengan pengaruh atom-atom tubuh manusia. Terdapat kesejajaran/keselarasan dengan hukum-hukum alam yang dikemukakan oleh filosof-filosof ilmu pengetahuan alam yang dirumuskan di dalam matematika dan fisika.
G. Landasan Teori
Awal abad kedua puluh merupakan perkembangan dari realitas atom, untuk menerangkannya tidak bisa dengan menggunakan teori fisika klasik. Sejumlah eksperimen menunjukkan bahwa cahaya menjalar dalam bentuk paket gelombang yang disebut kuanta , yang pada 1920-an Erwin Schrödinger merumuskan persamaan gelombang dalam teori kuantum yang dapat menghitung tingkat energi diskret pada elektron secara akurat [26].
Atom yang di dalamnya terdapat elektron yang berputar mengelilingi intinya dengan kecepatan yang luar biasa merupakan elemen yang dapat ditunjuk sebagai jiwa atau zat hidup [27]. Penjabaran dan pengungkapan teori atom oleh para fisikawan setelah melalui berbagai macam eksperimen identik dengan pemahaman filsafat mistik. Fisikawan mengungkapkan pendapat mereka tentang alam semesta dengan menggunakan bahasa ilmiah dan bahasa mistik dalam mengagumi ke-Maha-an Tuhan Sang Pencipta sebagaimana yang diungkapkan oleh Albert Einstein :
Emosi paling indah dan paling menakjubkan yang dapat kita alami adalah perasaan batin. Perasaan itu merupakan kekuatan dari semua ilmu pengetahuan yang sejati … Untuk mengerti bahwa apa yang tidak terjangkau oleh kita benar-benar ada, menjelmakan ujud dirinya menjadi kebijaksanaan yang tertinggi dan keindahan yang paling menakjubkan, hanya dapat dipahami oleh kedunguan kita dalam bentuknya yang paling primitif-pengetahuan ini,, perasaan ini adalah pusat dari keagamaan [28].
Fisika Newtonian menerangkan bahwa manusia dan alam diibaratkan seperti gerakan mesin satu sisi dan saling terisolasi (terpisah) dengan elemen dasar penyusun materi disisi yang lain. Pernyataan ini ditolak oleh fisika modern melalui permasalahan yang timbul dibidang partikel-partikel sub-atom dimana partikel-partikel sub-atom tidak memiliki arti sebagai satu kesatuan yang terpisah, partikel-partikel sub-atomik saling terkait menjadi jaringan rumit yang terdiri dari relasi-relasi antar berbagai fragmen sebuah totalitas. Manusia dan alam semesta tidak lagi terpisahkan, antara objek dan subjek membentuk satu kesatuan yang saling berhubungan menjadi suatu jaringan yang saling mendukung dan menguatkan.
Materi tidak ada secara pasti dalam tingkat sub-atomik namun hanya menunjukkan tendensi-tendensi untuk ada, ini mengarah kepada keberadaan mutlak yaitu Tuhan. Para sufi menterjemahkan keberadaan Tuhan sebagai sifat-sifat atau akhlak Tuhan yang harus ada dalam diri manusia untuk mencapai tingkatan ma’rifat sesuai dengan Asma’ Al-Husna, sehingga manusia dalam geraknya akan sesuai dengan kehendak Tuhan. Hal ini memberi kesan bahwa fisika modern ingin menemukan suatu realitas sejati yang dalam bahasa tasawuf disebut sebagai hakekat yang merupakan suatu eksistensi mutlak di alam semesta ini.
Tasawuf ialah menekan dan mensucikan hawa nafsu serta mewarnainya dengan budi pekerti yang luhur. Tujuannya mengenal dan mencintai Allah serta mendekatkan diri kepadaNya dengan mentaati ajaran Rasulullah SAW sepenuhnya disertai kepekaan mengenal Allah[29]. Tasawuf juga berarti suatu pemutusan hubungan sepenuhnya dengan apa yang dikatakan sebagai “dunia” dan “egotisme”, juga tasawuf berarti tidak memiliki apapun dan tidak dimiliki apapun[30]. Orang-orang yang memiliki ilmu tasawuf (kaum sufi) adalah orang-orang yang lebih suka kepada Tuhan daripada apapun dan Tuhan lebih suka kepada mereka daripada apapun.
Tasawuf yang berkembang biasanya digunakan untuk menyebut istilah mistik yang merupakan suautu istilah yang mengandung sesuatu yang misterius yang untuk mengungkapnya tidak bisa dengan menggunakan cara-cara biasa, harus dengan tata cara khusus serta intelektual yang tinggi. Mistik berasal dari kata Yunani Myein yang berarti menutup mata [31].
Ketiadaan materi dalam sub-atomik ini sesuai dengan pemahaman tasawuf, dimana para sufi mengatakan sebagai fana’ (peniadaan) mereka terhadap “eksistensi” alam raya pada hakekatnya yang eksis hanya Tuhan sedangkan yang lainnya tidak ada atau hanya emanasi-Nya yang menunjukkan makna kemungkinan untuk ada [32] untuk menghubungan antara sistem penciptaan yang menakjubkan dan keberadaan Sang Pencipta[33].
Pada saatnya ketika manusia telah mampu mengintegrasikan potensi hati dan pikirannya secara simetris dalam setiap sendi kehidupannya maka insan tersebut akan mengenal dan memahami dirinya dan Rabbnya … yang menjadi substansi dari keadaan dalam kehidupan seluruh makhluk yang terkait dengan dimensi ruang dan waktu, sementara Dia, Allah tidak akan pernah terkait dengan kedua dimensi tersebut [34].
Ajaran tasawuf memandang sebagaimana di atas, yaitu dunia akan selalu bergantung pada Tuhan karena daya pemeliharaan-Nya, sehingga Tuhan dan materi abadi bersama, hanya saja Tuhan bersifat tidak berubah sedangkan materi dapat berubah [35].
H. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian adalah langkah yang disusun berdasar ilmu pengetahuan yang benar untuk mendapatkan penelitian yang sah. Beberapa metodologi penelitian adalah : Deduktif, induktif, library, research [36].
Penelitian ini menggunakan metode Library Research dengan memanfaatkan fasilitas kepustakaan berupa buku-buku, artikel, ensiklopedi, kamus, serta sumber-sumber tertulis lain[37].
1. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data melalui beberapa tahapan yaitu :
a. Inventarisasi Data
Pengumpulan karya-karya ilmiah atau kepustakaan yang berhubungan dengan topik yang dibahas.
b. Klasifikasi Data
Daftar kepustakaan yang relevan dikelompokkan sesuai dengan pembahasan yang diformulasikan menurut sistemaktika penulisan skripsi.
2. Teknik Analisis Data
Penggunaan teknik analisis datanya bersifat deskriptif analitik [38], dengan menguraikan secara sistematis materi pembahasan dari berbagai sumber kepustakaan kemudian dianalisa untuk memperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan.
I. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang rinciannya adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan yang meliputi : latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metodologi penelitian, sistematika penulisan.
Bab II Perkembangan fisika yang terdiri dari mekanika Newton, revolusi pemikiran dalam fisika, fisika modern menuju kearah metafisika, holisme fisika kuantum.
Bab III Pemikiran Tasawuf yang meliputi realitas kausalitas, ruang dan waktu, alam semesta, hubungan antara objek dan subjek di alam semesta
Bab IV Keparalellan tasawuf dan fisika modern
Bab V Penutup, berupa kesimpulan, implikasi dan saran
0 komentar:
Posting Komentar