METODE PENGAJARAN BACA AL-QUR'AN DI AN-NUUR FOUNDATION JOGJAKARTA
METODE PENGAJARAN BACA AL-QUR'AN DI AN-NUUR FOUNDATION JOGJAKARTA ( Perspektif Pengajaran Membaca Permulaan Bahasa Arab )
Oleh Team www.seowaps.com
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Masalah
Untuk memudahkan dalam memahami judul skripsi "Metode Pengajaran Baca Al-Qur'an di An-Nuur Foundation Jogjakarta (Dalam Perspektif Pengajaran Membaca Permulan Bahasa Arab) penulis memberikan penegasan masalah sebagai berikut:
- Metode Pengajaran
Metode adalah jalan (cara) yang ditempuh oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada murid[1] atau cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan,[2] sedangkan pengajaran adalah interaksi belajar-mengajar,[3] yaitu hubungan timbal balik antara guru (pengajar) dan anak (murid) yang menunjukan adanya hubungan yang bersifat educatif (mendidik), yang mana interaksi itu harus diarahkan pada suatu tujuan tertentu yang bersifat mendidik yaitu adanya perubahan tingkah laku anak didik kearah kedewasaan.[4]
|
2. Baca Al-Qur’an
Baca atau membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta di pergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.[5] Sedangkan Al-Qur’an adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. yang membacanya merupakan suatu ibadah.[6]
Adapun maksud dari baca Al-Qu’ran disini adalah membaca huruf-huruf yang terdapat dalam Al-Qur’an (huruf Hijaiyah) serta sesuatu yang berkaitan dengannya seperti tanda baca dan tajwid.
3. An-Nuur Foundation Jogjakarta
An-Nuur Foundation Jogjakarta adalah suatu lembaga non formal yang bergerak dalam bidang pengajaran baca Al-Qur’an khusus dewasa atau orang tua yang dalam pengajarannya menggunakan suatu metode yang dinamakan dengan metode An-Nuur, yang termasuk metode pengajaran baca Al-Qur’an sistem cepat, karena hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat untuk membuat seseorang bisa baca Al-Qur’an yaitu 2 jam. Adapun maksud dewasa disini adalah orang yang sudah bisa diajak berfikir secara analogi (minimal umur 15 tahun), sedangkan maksud orang tua disini adalah orang yang sudah berusia tua namun masih mempunyai kemampuan untuk membaca. An-Nuur Foundation Jogjakarta terletak di jalan Monjali No.80 Karangjati Wetan, Rt 05/45 Sinduadi, Sleman, Jogjakarta. [7]
4. Perspektif
Perspekitf adalah pengharapan, peninjauan, tinjauan, padang luas.[8] Adapun maksud perspektif disini adalah tinjauan.
5. Pengajaran Membaca Permulaan Bahasa Arab
Pengajaran membaca permulaan adalah pengajaran membaca yang bermaksud memberi kecakapan kepada para siswa untuk mengubah rangkaian-rangkaian huruf menjadi rangkaian-rangkaian bunyi yang bermakana atau pengajaran membaca yang mengutamakan pengajaran huruf dan rangkaiannya serta melancarkan teknik membaca,[9] pengajaran membaca permulaan disini akan dikhususkan pada pengajaran membaca huruf-huruf Arab (huruf Hijaiyah) serta sesuatu yang terkait dengannya yaitu tanda baca Arab dan tajwid .
Berdasarkan pada penegasan istilah tersebut dapat dipahami bahwa maksud dari judul skripsi ini adalah meneliti tentang metode pengajaran baca Al-Qur'an yang diterapkan di An-Nuur Foundation Jogjakarta dalam tinjauan pengajaran membaca permulaan bahasa Arab.
B. Latar Belakang Penelitian
Dalam mempelajari bahasa asing termasuk bahasa Arab dikenal istilah ketrampilan berhahasa yang meliputi berbicara, mendengarkan, membaca dan menulis.[10] Dalam membaca disana terdapat dua macam membaca yaitu membaca permulaan dan membaca lanjut, perbedan diantara keduanya terletak pada maksud atau tujuan pengajaran membacanya, dalam pengajaran membaca permulaan, tujuannya adalah memberikan kecakapan kepada para siswa untuk mengubah rangkaian-rangkaian huruf menjadi rangkaian-rangkaian bunyi bermakna atau pengajaran yang menekankan pada pengajaran huruf dan rangkaiannya serta melancarkan teknik membaca, sedangkan pada membaca lanjut tujuannya adalah melatih anak-anak menangkap pikiran dan perasaan orang lain yang dilahirkan dengan bahasa tulisan dengan tepat dan teratur. [11]
Seseorang yang ingin bisa membaca bahasa Arab maka dia harus terlebih dahulu belajar membaca permulaan bahasa Arab (membaca huruf-huruf Arab atau huruf Hijaiyah).
Di Indonesia, pengajaran membaca permulan bahasa Arab itu biasanya dilakukan melalui sistem ngaji atau belajar membaca AL-Qur’an di masjid atau di rumah, sehingga tatkala mereka dihadapkan pada pelajaran bahasa Arab di sekolah mereka sudah sedikit banyak mengenal tentang huruf-huruf Arab, dan keadaan yang seperti ini sangat membantu sekali bagi guru bahasa Arab.
Belajar membaca permulaan bahasa Arab yang dilakukan dengan sistem ngaji ini biasanya dilakukan dalam waktu yang relatif lama bahkan terkadang sampai bertahun-tahun, keadaan yang seperti ini bagi kita sudah dianggap suatu hal yang wajar mengingat bahwa belajar huruf-huruf Arab itu adalah suatu hal yang sulit karena bahasa Arab adalah termasuk bahasa asing yang mempunyai bentuk serta bunyi yang berbeda dengan bahasa Indonesia, selain dari itu untuk mempelajari tanda baca atau ilmu tajwidnya saja di perlukan waktu yang tidak sedikit.
Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk belajar membaca permulaan bahasa Arab terkadang menimbulkan rasa malas bagi orang yang akan mempelajarinya, terlebih-lebih apabila yang belajar itu orang dewasa atau orang tua, salah satu penyebabnya adalah karena mereka telah tersibukaan oleh berbagai hal yang menyangkut kehidupan mereka sehingga tak ada waktu bagi mereka jika harus terus- menerus belajar membaca permulaan bahasa Arab.
Karena huruf Arab adalah huruf Al-Qur’an maka orang yang tidak bisa membaca huruf Arab secara otomatis dia tidak bisa membaca Al-Qur’an, kebanyakan orang dewasa atau orang tua akan merasa malu apabila dirinya akan belajar baca Al-Quran, hal ini dikarenakan mereka merasa sudah terlambat, namun walaupun begitu mereka sebenarnya juga ingin belajar membaca Al-Quran, karena Al-Quran adalah merupakan pedoman hidup atau kitab suci mereka sebagai orang islam.
Dalam dunia pendidikan ternyata banyak pelajar atau mahasiswa yang belum bisa membaca permulaan bahasa Arab, padahal terkadang mereka tidak bisa terlepas dari hal itu karena tuntutan akademik, namun dalam benak mereka telah terbanyang bahwa belajar membaca permulaan bahasa Arab itu sulit terlebih-lebih jika dilakukan dalam usia dewasa atau orang tua, sehingga banyak dari mereka yang merasa putus asa untuk bisa membaca pemulaan bahasa Arab.
Berdasar pada kenyataan yang seperti itu, penulis merasa tertarik ketika mendengar ada suatu metode pengajaran baca Al-Quran yang dinamakan metode An-Nuur, sebab menurut penemunya yaitu DR H.M Rosyady S.Ag, MM, MBA bahwa dengan mengunakan metode An-Nuur seseorang akan bisa membaca Al-Qur’an dalam waktu yang singkat yaitu 2 jam.[12]
Melihat kemudahan dan kecepatan yang ditawarkan oleh metode An-Nuur dalam pengajaran membaca Al-Qur’an, maka penulis ingin mengkajinya dan mencoba mengkaitkannya dengan salah satu ketrampilan berbahasa yaitu membaca, khususnya membaca permulaan bahasa Arab, ini karena disana penulis melihat adanya kesamaan materi yang akan disampaikan yaitu huruf hijaiyah, tanda baca Arab dan tajwid.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan metode An-Nuur dalam pengajaran baca Al-Qur'an di An-Nuur Foundation Jogjakarta (dalam perspektif pengajaran membaca permulaan bahasa Arab) ?
2. Bagaimana hasil yang dicapai ketika menggunakan metode An-Nuur dalam pengajaran baca Al-Qur'an di An-Nuur Foundation Jogjakarta (dalam perspektif pengajaran membaca permulaan bahasa Arab) ?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui metode apa yang digunakan serta materi apa yang disampaikan dalam metode An-Nuur dalam pengajaran baca Al-Qur'an di An-Nuur Foundation Jogjakarta, sehingga nantinya dapat dijadikan tambahan pengetahuan dalam mengajarkan membaca permulaan bahasa Arab.
b. Untuk mengetahui hasil yang dicapai ketika menggunakan metode An-Nuur dalam pengajaran baca Al-Qur'an di An-Nuur Foundation Jogjakarta.
2. Kegunaan Penelitian
a. Memberikan informasi bahwa belajar baca Al-Qur'an atau belajar membaca bahasa Arab itu bisa dilakukan dengan mudah dan dalam waktu yang relatif singkat.
b. Untuk memberi semangat kepada umat Islam Indonesia untuk belajar baca Al-Qur'an atau belajar membaca bahasa Arab.
c. Dengan adanya metode yang bisa mempermudah dan mempercepat dalam belajar baca Al-Qur'an semoga dapat mengurangi buta huruf terhadap Al-Qur'an yang berbahasa Arab.
d. Semoga dapat dijadikan tambahan pengetahuan khususnya bagi para pengajar bahasa Arab, umumnya bagi umat Islam semuanya.
E. Metode Penelitian
1. Sumber data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.[13] Adapun yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah berupa: person, place dan paper.
a. Person atau sumber data berupa orang atau sumber data yang memberikan data melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket.[14] Yang meliputi :
1) Pemimpin An-Nuur Foundation Jogjakarta yaitu Bpk. Kamaludin S.Ag.
2) Guru-guru atau karyawan yang terdapat di An-Nuur Foundation Jogjakarta.
3) Peserta pelatihan
4) Place atau sumber data berupa tempat atau sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam atau bergerak.[15] Yang diam berupa: ruangan dan kelengkapan alat yang digunakan dalam proses pengajaran, sedangkan yang bergerak berupa aktivitas belajar-mengajar itu sendiri.
b. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka atau gambar atau simbol-simbol lainnya,[16] yaitu berupa dokumen-dokumen yang dimiliki oleh lembaga An-Nuur Foundation Jogjakarta.
Selain dari itu penulis juga menggunakan penelitian populasi sebagai sumber data. Penelitian populasi adalah keseluruhan subyek penelitian,[17] maksudnya penulis akan meneliti semua peserta yang mengikuti pelatihan sehari dalam pengajaran baca Al-Qur’an yang dilaksanakan oleh An-Nuur foundation Jogjakarta, ini karena peserta yang biasanya mengikuti pelatihan tersebut tidak lebih dari 100 orang,[18] sedangkan apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya.[19]
2. Jenis Penelitian.
Jika ditinjau dari tempatnya, penelitian ini adalah penelitian lapangan atau kancah.[20] Sedang jika di tinjau dari hadirnya variabel, penelitian ini adalah penelitian deskriptif, karena penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan atau menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang (sedang terjadi).[21] Variabel adalah hal-hal yang menjadi objek penelitian, yang ditatap (di jinggleng-jawa) dalam suatu kegiatan penelitian (points to be noticed) yang menunjukan variasi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.[22]
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan akan digunakan metode-metode sebagai berikut:
a. Metode Observasi
Metode observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.[23]
Jenis observasi yang dilakukan adalah observasi partisipatif (participant observation) yaitu observasi atau pengamatan yang observer (peneliti) melibatkan diri di tengah-tengah observe (yang sedang diteliti).[24] Metode observasi ini digunakan untuk mengamati berlangsungnya proses belajar mengajar Al-Qur'an yang dilaksanakan oleh An-Nuur Foundation Jogjakarta dan hasil yang dicapainya.
Adapun pedoman observasinya berbentuk bebas (pedoman yang tidak perlu ada jawaban, tetapi mencatat apa yang tampak,[25] dalam observasi ini juga akan digunakan alat perekam.
b. Metode Wawancara
Metode wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.[26]
Jenis interview yang digunakan adalah interview bebas terpimpin yaitu interview yang pewawancaranya membaca pedoman yang hanya merupakan garis besarnya saja.[27] Metode wawancara ini digunakan untuk mencari data tentang metode An-Nuur itu sendiri.
c. Metode Dokumentasi
Adalah mencari data-data mengenai variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat dan lain sebagainya.[28] Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang gambaran umum lembaga An-Nuur Foundation Jogjakarta yang meliputi letak geografis, sejarah singkat berdirinya, dan susunan organisasinya.
d. Metode Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.[29]
Jenis tes yang digunakan adalah tes prestasi atau achievment test yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu,[30] tes ini berupa tes lisan. Tes ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan yang dimiliki oleh peserta setelah mereka belajar baca Al Qur’an di An-Nuur Foundation Jogjakarta.
4. Metode Analisis Data
Menganalisis dapat diartikan dengan menguraikan atau memisah-misahkan, jadi menganalisis data mengandung arti mengurai data, menjelaskan data sehingga dari data tersbut pada akhirnya dapat ditarik pengertian-pengertian serta kesimpulan-kesimpulan.[31]
Karena penelitian ini adalah penelitian deskriptif maka untuk menganalisis datanya, data itu diklasifikasikan menjadi dua kelompok data yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata atau simbol.[32]
Untuk menganalisis data yang bersifat kuantitatif maka digunakan rumus:
Keterangan : Mx = Mean yang dicari
åfx = Jumlah hasil dari perkalian antara masing-masing nilai dan frekuensinya
N = Number of cases (banyaknya individu)[33]
Sedangkan untuk menganalisis data yang bersifat kualitatif adalah dengan cara deduktif dan induktif. Deduktif adalah cara menganalisis masalah yang berangkat dari pengetahuan yang sifatnya umum kemudian diambil kesimpulan yang sifatnya khusus, sedang induktif adalah cara menganalisis masalah yang berangkat dari hal-hal yang khusus kemudian diambil kesimpulan yang bersifat umum.[34]
F. Tinjauan Pustaka
Berbicara tentang pengajaran baca Al-Qur'an orang sudah tidak asing lagi mendengarnya, namun apabila proses pengajarannya dapat dilakukan dalam waktu yang singkat orang masih belum mempercayainya "benarkah itu" begitulah komentarnya.
Penelitian terhadap pengajaran baca Al-Qur'an telah banyak dilakukan, namun penelitian yang membahas tentang pengajaran baca Al-Quran dengan menggunakan metode An-Nuur itu belum ada. Adapun penelitian yang membahas tentang pengajaran membaca Al-Qur’an diantaranya skripsinya Noor Hidayah dengan judul "Pengajaran Baca Tulis Huruf Al-Qur'an di TK ABA Karang Kajen Jogjakarta (Tinjauan Metode dan Teori)", skripsi ini membahas tentang materi yang dipakai serta metode yang digunakan dalam TK ABA Karang Kajen, yang ternyata di sana memakai metode Iqra dengan materi-materi yang terdapat didalam buku Iqra. Skripsinya Muhajiroh yang berjudul "Pengajaran Al-Qur'an di TPQ Maulana Mangun Sejati Desa Bugel Kedung Jepara (Tinjauan Materi dan Metode)" yang membahas tentang pemakaian metode Qiraati dalam pengajaran baca Al-Qur'an yang terdapat di TPQ Maulana Mangun Jepara. Skripsinya Nasikhi yang berjudul "Pengajaran Al-Qur'an Bagi Anak Asuh Kelompok Penyantun Yatim Piatu/ Dhuafa (KPYPD) Shirath Al-Mustaqim Jogjakarta", membahas tentang problematika pengajaran baca Al-Qur'an yang terdapat di lembaga tersebut.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, adapun perbedannya terletak pada metode yang digunakan serta persrta didiknya. Disini peserta didiknya adalah khusus orang dewasa atau orang tua bukan anak-anak sebagaimana yang terdapat pada penelitian sebelumnya yang tentu saja memerlukan cara pengajaran yang berbeda, adapun metode yang di gunakan dalam pengajaran baca Al Qur’an yang penulis teliti adalah metode An-Nuur yang tentu saja berbeda dengan metode Iqra, Qiroati dan yang lainnya.
Acuan pokok yang dipakai dalam skripsi ini adalah buku panduan metode An-Nuur yang berjudul metode An-Nuur belajar praktis baca Al-Qur’an, 2 jam bisa baca Al-Qur’an karya Rosyady serta buku Metodologi pengajaran Agama dan bahasa Arab karya Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar.
G. Kerangka Teoritik
Proses belajar-mengajar adalah suatu proses yang kompleks, proses tersebut terdiri dari bagian yang kait-mengait, tiap bagian memiliki fungsi tersendiri yang bekerja sama dalam suatu kaitan yang lekat agar dapat mencapai suatu keberhasilan, apabila kita hanya mengandalkan salah satu (komponen) saja maka tujuan pengajaran tidak akan tercapai. Adapun yang termasuk komponen-komponen pengajaran adalah: tujuan mengajar, siswa yang belajar, guru yang mengajar, metode mengajar, alat bantu mengajar, penilaian dan situasi pengajaran.[35]
Disini penulis akan lebih memfokuskan untuk membahas tentang metode pengajarannya dengan tidak mengesampingkan komponen-komponen pengajaran yang lain.
1. Metode Pengajaran.
Berbicara tentang metode pengajaran, kita mengenal macam-macam metode pengajaran misalnya metode ceramah, diskusi, kerja kelompok, latihan siap, drill dan lain sebagainya, dan seorang pengajar hendaknya tidak hanya menggunakan satu metode namun dua, tiga atau bahkan empat metode dalam suatu proses pengajaran, ini dilakukan agar siswa merasa senang dalam belajar sehingga perhatiannya tercurah pada pelajaran.
Untuk menerapkan suatu metode ke dalam situasai pengajaran haruslah mempertimbangkan dan memperhatikan berbagai kemungkinan yang dapat mempertinggi mutu dan efektivitas suatu metode, karena kalau tidak, bukan saja akan berakibat proses pengajaran menjadi terhambat akan tetapi lebih jauh lagi yaitu tidak tercapainya tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Adapun hal-hal yang harus di perhatikan dalam pemilihan suatu metode adalah: tujuan yang hendak dicapai, kemampuan guru, Anak didik, Situasi dan kondisi, Fasilitas yang tersedia, Waktu yang tersedia, Kekurangan dan kelebihan suatu metode.[36]
Menurut Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, agar proses pengajaran berjalan baik dan mengenai sasaran yang dituju maka harus memperhatikan prinsip-prinsip metodologi mengajar, yaitu:
a. Apersepsi
Dalam istilah pendidikan apersepsi mengandung arti penyadaran atau keinsyafan (consiousness), maksudnya guru memberikan rangsangan perhatian dan kesadaran kepada anak didik agar dapat memperhatikan pelajaran yang akan diberikan itu secara sungguh-sungguh.
b. Motivasi
Motivasi merupakan gejala jiwa yang dapat mendorong manusia untuk bertindak sesuatu keinginan dan kebutuhan atau motif-motif. Disini peran guru ialah bagaimana membangkitkan motivasi anak didik agar mau belajar sungguh-sungguh.
c. Perhatian
Perhatian adalah pengertian segala tenaga dan jiwa dengan penuh konsentrasi yang tertuju pada suatu obyek. Jika sesesorang besar perhatiannya terhadap suatau obyek, maka ia akan mengenal dan mengetahui obyek itu secara jelas dan sempurna
d. Individualitas
Maksudnya adalah bahwa guru dalam mengajar harus memperhatikan sifat pembawaan dan kemampuan masing-masing individu anak didik karena masing-masing di antara mereka selain mempunyain kesamaan juga mempunyai perbedaan
e. Aktivitas
Maksudnya bahwa aktivitas mengajar adalah merupakan aktivitas mengorganisir atau mengatur lingkungan belajar sebaik-baiknya, dan menghubungkannya dengan anak didik, sehingga terjadilah suatu proses belajar yang mengaktifkan anak didik. Jadi tugas guru dalam mengajar hanyalah mengatur, mengarahkan dan membimbing anak didiknya agar ia dapat belajar dan mengembangkan kemampuan atau kegiatannya secara aktif.
f. Korelasi dan konsentrasi.
Maksudnya bahwa pengajaran disajikan secara berhubungan antara satu bidang studi dengan bidang studi yang lain secara terkait dan integral, sehingga dengan demikian pengertian dan pemahaman anak didik terhadap obyek pelajaran menjadi utuh atau bulat dan dalam arti tidak terpecah-pecah atau terpotong-potong secara amat jauh.
g. Peragaan atau media pengajaran atau visualisasi.
Maksudnya bahwa dalam pengajaran diharuskan bagi setiap guru untuk menggunakan alat peraga sebagai alat bantu agar pengetahuan, pengertian dan tanggapan yang masuk kedalam jiwa melalui indra dapat menjadi jelas dan bertahan kuat dalam ingatan.[37]
Perbedaan satu metode dengan metode yang lain dapat dilihat dari masing-masing metode tersebut mengadakan seleksi (pemilihan), gradasi (pentahapan), presentasi (penyajian) dan repetisi (pengulangan)[38] yang semuanya itu termasuk unsur-unsur metode.[39] Jadi suatu metode baru dapat dikatakan metode kalau ia mengandung arti tidak hanya bagaimana (how) mengajar, tapi juga apa (what) yang diajarkan dan kapan (when) ia mengajar. Ini berarti bahwa metode baru tidak cukup hanya berisi petunjuk-petunjuk tentang bagaimana sesuatu harus diajarkan dengan tehnik baru tapi juga harus disertai materi serta sarana penunjang lainnya yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan.[40]
Kita tidak bisa mengatakan bahwa metode ini bagus dan metode itu tidak bagus, karena setiap metode itu memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, lagi pula metode yang kurang baik di tangan guru yang baik bisa menjadi metode yang baik dan metode yang baik dapat gagal di tangan guru yang tidak menguasai teknik pelaksanaan
Dalam proses belajar-mengajar seorang guru sebagai pengajar harus menciptakan situasi agar peserta didik dapat belajar, oleh karena itu guru harus berusaha menggunakan ketrampilan dan kemampuannya agar peserta didik mencapai tujuan yang diharapkan, sebab sebenarnya proses belajar mengajar itu belum dapat dikatakan berahir kalau peserta didik belum dapat belajar dan belum mengalami perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu dapat diartikan dari perubahan-perubahan yang mencakup aspek kognitif, aspek psikomotor, aspek afektif, misalnya dari belum mengerti menjadi mengerti, dari belum trampil menjadi trampil, dari belum mengetahui menjadi memengetahui dan lain sebagainya.[41] Namun terkadang guru mempunyai anggapan lain dia merasa sudah berahir proses belajar-mengajar apabila sudah menjelaskan semua materi dengan tidak melihat apakah peserta didiknya sudah menguasai atau belum.
Pada prinsipnya interaksi belajar mengajar itu membutuhkan adanya perencanaan dan persiapan yang matang baik itu secara tertulis atau persiapan diri, karena persiapan yang matang akan mengurangi hambatan-hambatan yang muncul bahkan akan lebih memotifasi anak untuk melakukan belajar secara efektif. [42]
2. Membaca permulaan bahasa Arab.
Sebagaimana diketahui bahwa bahasa yang dipakai dalam Al-Qur’an adalah bahasa Arab, sedangkan dalam mempelajari bahasa asing termasuk bahasa Arab di sana terdapat empat kemahiran berbahasa yang meliputi: mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.[43] Bagi orang yang akan belajar bahasa, keempat kemahiran ini tidak harus dikuasai semuanya namun itu bisa disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan. Dan disini akan memfokuskan pada kemahiran membaca.
Pengajaran membaca itu ada dua macam yaitu:
a. Membaca permulaan.
Dalam membaca permulaan disana diutamakan memberikan kecakapan kepada para siswa untuk mengubah rangkaian huruf menjadi rangkaian bunyi bermakna dan melancarkan tehknik membaca.[44]
b. Membaca lanjut.
Dalam membaca lanjut tujuannya adalah melatih anak-anak menangkap pikiran dan perasaan orang lain yang dilahirkan dengan bahasa tulisan dengan tepat dan teratur.[45]
M. Ngalim purwantoro dan Djeniah Alim membagi metode mengajar membaca permulaan itu menjadi lima metode yaitu:
a. Metode Eja (Spell Method)
Metode ejaan adalah metode yang paling terdahulu. Metode ini mengajarkan kepada anak-anak huruf-huruf dalam abjad, dengan namanya bukan dengan bunyinya. Huruf-huruf itu dirangkaikan menjadi suku kata, dari suku kata menjadi kata. Contohnya: de – a = da; el – i – el= lil; jadi dalil.
b. Metode Bunyi (Klank Method)
Dalam mengajar menurut metode ini, bukannya nama huruf yang di ajarkan, melainkan bunyinya. Jalannya sama dengan metode eja. Contohnya: d (de) – a = da, w (ew) – a –t (et) = dawat.
c. Metode Lembaga Kata
Metode ini dapat dikatakan sebagai peralihan antara metode bunyi dengan metode global. Proses pelaksanaannya sebagai berikut:
1) Menyajikan kepada siswa sebuah kata yang tidak asing lagi bagi mereka
2) Menganalisis atau menguraikan kata menjadi suku kata. Suku kata langsung ke bunyi huruf.
3) Mengajarkan huruf dari tiap-tiap bunyi yang telah dipisahkan dari lembaga katanya.
4) Huruf-huruf itu disintesis atau dirangkaikan menjadi suku dan kata.
5) Kata-kata itu dirangkaikan menjadi pola kalimat sederhana.
d. Metode Global
Adalah metode yang melihat segala sesuatu merupakan keseluruhan. Cara pelaksananya sebagai berikut:
1) Berilah sebuah cerita singkat kemudian kalimatnya ditulis dengan huruf-huruf tulis.
2) Kalimat-kalimat itu dihafal sehingga dapat membedakan kata-kata yang sama atau hampir sama.
3) Setelah dapat membedakan kata-kata dalam kalimat-kalimat yang sudah diberikan (hal ini biasanya dengan tidak disadari), maka berangsur-angsur akan dapat membedakan suku-suku kata kemudian mengerti huruf-huruf dengan bunyi sekaligus.
4) Setelah hafal dan mengerti huruf-huruf maka dapat pula merangkaikannya menjadi kata-kata, menjadi kalimat.
e. Metode SAS (Struktur Analisa Sintesa)
Metode ini mirip dengan metode global meskipun tidak sama. Dalam metode global dimulai dari suatu unit pikiran atau suatu cerita. Siswa perlu menghafal beberapa kalimat dan dikenalkan banyak huruf sekaligus, dalam metode SAS membicarakan suatu hal misalnya ibu, bacaannya berupa kalimat pendek seperti ini ibu.[46]
Itulah macam-macam metode membaca permulaan. Sedangkan metode mengajarkan huruf Al-Qur’an menurut Mahmud Yunus itu meliputi:
a. Metode lama dinamai dengan metode abjad atau metode Alif - Ba - Ta
Dasar metode ini adalah dimulai dengan mengajarkan nama-nama huruf kemudian dengan berangsur-angsur ke kata kemudian ke kalimat. Adapun caranya sebagai berikut
1) Mula-mula diajarkan nama-nama huruf yang serupa bentuknya menurut tartib bagdadiyah : ا ب ت ث ج ح خ
2) Kemudian diterangkan titik-titik huruf-huruf itu, dibawah atau diatas, satu, dua atau tiga. Contoh : Ba dibawah satu titik.
3) Setelah itu diajarkan nama–nama baris seperti : Alif di atas a, di bawah I, di depan. Alif dua di atas an, dua di bawah in, dua didepan un.
Adapun kekurangan dari metode abjad adalah:
1) Peserta didik merasa kesulitan untuk mengetahui perbedaan antara huruf-huruf yang sama bentuknya, karena tak ada perbedaan antara huruf-huruf itu melainkan titik kscil saja.
2) Peserta didik tiada mengerti pelajaran yang dibacanya, karena semata-mata dilagukan saja dengan tidak sadar akan maksudnya padahal tujuan membaca adalah mengerti.
3) Memakai waktu yang lama dan sedikit hasilnya.[47]
b. Metode suara.
Dasar metode ini sama dengan metode abjad namun disini yang diajarkan adalah bunyai suaranya bukan abjadnya.
Contohnya : اَ اِ اُ - مَ مِ مُ
Adapun cara mengajarkannya adalah: dengan menggunakan papan tulis, tulislah huruf-huruf yang berlainan bentuk dan bunyinya, ambil gambar tumbuh-tumbuhan atau yang lainnya untuk alat peraga, untuk mengajarkan huruf maka berilah contoh dari nama tumbuh-tumbuhan atau yang lainnya yang bunyi awalnya sesuai dengan huruf tersebut, tulis huruf yang akan diajarkan disebelah gambar, gambar itu diperlihatkan dengan menyebutkan bunyi awal dari gambar tersebut, kemudian guru menerangkan bunyi dari huruf yang diajarkan, kemudian peserta didik membacanya, setelah mempelajari beberapa huruf kemudian huruf-huruf tersebut disusun menjadi kata-kata dan ditulis di papan tulis dan peserta didik menulisnya dibuku
Adapun kebaikan dari metode suara adalah:
1) Memberi semangat untuk belajar membaca karena mereka telah mengetahui bunyi suara huruf-hurufnya.
2) Ada perhubungan langsung antara bunyi suara dengan rumus (tanda ) yang tertulis.
3) Metode ini sesuai dengan tabiat bahasa Al Qur’an (bahasa Arab), karena yang terpenting dalam bahasa itu adalah bidang suara.
4) Dalam metode ini ada pendidikan telinga, mata dan tangan sekaligus.
Sedangkan kekurangan metode suara adalah:
1) Metode ini lebih mementingkan bagian-bagian dari pada keseluruhan dan ini menyalahi tabiat yang biasa, mata kita melihat sesuatu terlebih dahulu keseluruhannya kemudian bagian-bagiannhya.
2) Dengan metode ini belajar membaca menjadi sangat lambat karena mereka menghadapkan perhatiannya kepada ejaan dan huruf kata-kata, kemudian bagian-bagian kalimat dan membaca kata-kata satu persatu.
3) Metode ini membutuhkan gambar sangat banyak.[48]
c. Metode kata-kata.
Menurut metode ini murid-murid melihat kata-kata yang di ucapkan guru dengan terang dan jelas, kemudian menirukannya secara berulang-ulang, kemudian guru menguraikan kata-kata itu dan mengejanya sehingga tetap rupanya (gambarnya) dalam otak murid-murid, setelah itu guru memperlihatkan kata-kata yang serupa untuk mengadakan perbandingan.
Adapun kebaikan dari metode kata-kata adalah:
1) Metode ini telah termasuk metode keseluruhan, karena kata-kata adalah keseluruhan yang mempunyai arti.
2) Dapat menambah kekayaan bahasa waktu belajar membaca.
3) Dapat mempergunakan kata-kata untuk membuat kalimat dalam waktu yang pendek.
4) Metode ini mengajarkan rumus (tanda ), lafadz dan artinya sekaligus.
5) Dapat mempercepat membaca karena yang diajarkan adalah kesatuannya kata-kata bukan huruf yang satu.
6) Membiasakan untuk mengerti apa yang dibaca.
Sedangkan kekurangan dari metode kata-kata adalah:
1) Diantara kata-kata ada yang serupa tulisannya tetapi berlainan artinya. Hal ini menyebabkan peserta didik salah mengucapkan kata-kata, sehingga berlainan artinya.
2) Kadang-kadang guru terlambat menguraikan kata-kata kepada huruf-hurufnya, sehingga hilang hal yang sangat penting dalam membac yaitu mengetahui huruf.[49]
d. Metode kalimat
Menurut metode ini, di mulai dengan kalimat, kata-kata, kemudian huruf. Caranya: Guru menyiapkan kalimat-kalimat pendek, kemudian ditulis dan dibaca secara berulang-ulang dan murid menirukannya, kemudian guru menulis kalimat lain dengan kata-kata yang hampir sama setelah itu tiap-tiap kalimat diuraikan menjadi kata-kata dan huruf.
Adapun kebaikan darimetode kalimat adalah:
1) Metode ini sesuai dengan ilmu jiwa, yaitu memeulai dengan kesatuan pengertian.
2) Peserta didik mengetahui arti kata-kata dengan sebenarnya, karena kata-kata itu disusun dalam satu kalimat.
3) Metode ini menarik bagi peserta didik untuk membaca dan membiasakan mereka supanya mengerti apa yang dibacanya.
Sedangkan kekurangan dari metode kalimat adalah:
1) Kadang-kadang guru terus-menerus memberikan kalimat, melatih membaca dan menuliskannya sehingga terlambat menguraikan kalimat kepada kata-kata, menguraikan kata-kata kehuruf.
2) Membaca satu kalimat sekaligus bagi yang baru belajar adalah amat sulit.
3) Metode ini membosankan, sebab mengulang-ngulang suatu kata dalam beberapa kali pelajaran akan mengurangi perhatian mereka terhadap materi pelajaran yang diberikan.[50]
Bahasa Arab dan Al-Qur’an adalah bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya, mempelajari bahasa Arab adalah syarat wajib untuk mengetahui isi Al-Qur’an dan mempelajari bahasa Al-Quran adalah berarti mempelajari bahasa Arab,[51] kalau kita melihat dari tujuan mempelajari huruf Al-Quran salah satu tujuannya adalah supaya anak-anak dapat belajar bahasa Arab sehingga pandai membaca kitab-kitab agama yang banyak ditulis dalam bahasa Arab,[52] sedangkan salah satu tujuan mempelajari bahasa Arab adalah agar siswa dapat memahami Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber hukum islam dan ajaran.[53]
3. Konsep Pengajaran Metode An-Nuur
Metode An-Nuur adalah metode pengajaran baca Al-Qur’an khusus dewasa atau orang tua yang menggunakan pendekatan kognitif dan analogi sederhana dalam memperkenalkan bunyi dan bentuk huruf-huruf Hijaiyah.[54]
a. Pendekatan Kognitif
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya knowing berarti mengetahui. Dalam arti luas, cognition (kognisi ialah perolehan , penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976). Dalam perkembangan selanjutnya istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau ranah psikologi manusia yang meliputi setiap prilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa ( Chaplin, 1972).[55]
Pendekatan kognitif adalah pendekatan yang lebih menekankan arti penting proses internal, mental manusia. Dalam pandangan ahli kognitif tingkah laku manusia yang tampak tidak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses internal seperti motivasi, Kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.[56]
Dalam perspektif psikologi kognitif belajar pada asasnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral (yang bersifat jasmaniah), meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata hampir dalam setiap belajar siswa, misalnya seorang anak yang belajar membaca dan menulis, tentu saja dia akan menggunakan mulut untuk mengucapkan kata dan menggunakan tanggan untuk menggoreskan pena, akan tetapi prilakunnya itu tidak semata-semata respons atas stimulus yang ada melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya.[57]
Menurut aliran kognitif, setiap siswa lahir dengan bakat dan kemampuan mental yang menjadi basis kegiatan belajar. Faktor bawaan ini memungkinkan siswa untuk menentukan respon atau tidak respon terhadap stimulus, sehingga belajar tidak bersifat otomatis seperti robot.[58]
Adapun ciri-ciri teori belajar kognitif adalah: mementingkan apa yang pada diri sipelajar, Mementingkan keseluruhan, Mementingkan peranan fungsi kognitif, mementingkan keseimbangan dalam diri sipelajar, mementingkan kondisi yang ada pada waktu ini (sekarang), mementingkan pembentukan struktur kognitif dan dalam pemecahan masalah, ciri khasnya ”insight”,[59] yaitu pemahaman atau pengamatan mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian didalam suatu situasi permasalahan, sering dihubungkan dengan pernyataan spontan “aha”.[60]
b. Analogi
Analogi adalah perbandingan secara kias dengan bentuk yang sudah ada; penyepadana; persesuaian,[61] maksudnya adalah menyamakan suatu hal dengan hal lain yang sudah dikenal dengan tujuan agar mempermudah memahami atau mengingatnya .
Dalam pengajaran baca Al-Quran dengan metode An-Nuur analogi ini dipakai untuk memperkenakkan huruf hijaiyah, tanda baca Arab dan ilmu tajwid. Untuk memperkenalkan huruf Hijaiyah, misalnya menggunakan analogi “Sholat” untuk menerangkan huruf ص ini karena disana terdapat kesamaan dalam bunyi dan bentuknya. Bunyi suku pertama dari kata sholat adalah sho dan ini sama dengan bunyi huruf صَ , sedangkan bentuk huruf ص adalah seperti bentuknya orang yang sedang sholat dalam posisi sujud (jika huruf itu dibalik).[62]
Dalam memperkenalkan tanda baca Arab, metode An-Nuur memakai istilah-istilah seperti huruf rakyat (huruf dasar yaitu alif sampai ya), huruf tentara (huruf yang bersukun atau mati) dan huruf raja (Huruf yang bertasydid atau dibaca dobel). Sedangkan dalam memperkenalkan tajwidnya memakai istilah “tentara kalah oleh raja” untuk mengenali idghom bilaghunah, “rakyat kalah oleh tentara” untuk menengenali iddzhar, dan lain-lainnya.[63]
Konsep belajar menurut metode An-Nuur adalah: bersuara keras, memperhatikan bentuk huruf dan ciri titik-titiknya, sering di ucapkan berulang-ulang, memahami huruf yang berubah dari aslinya dan mampu membaca semua huruf dengan cepat.[64]
Sebagaimana diketahui bahwa metode An-Nuur adalah dikhususkan bagi dewasa atau orangtua, Kondisi belajar yang perlu dianut dalam proses belajar-mengajar yang bersifat andragogik (untuk orang dewasa) yaitu:
1) Peserta merasa ada kebutuhan untuk belajar.
2) Lingkungan belajar ditandai oleh keadaan fisik yang menyenangkan, saling menghormati, saling membantu, kebebasan mengemukakan pendapatnya dan setuju adanya perbedaan.
3) Peserta memandang tujuan pengalaman belajar menjadi tujuan mereka sendiri.
4) Peserta dapat menyetujui untuk saling urun tanggung jawab dalam perencanaan dalam melaksanakan pengalaman belajar dan karenanya mereka mempunyai rasa memiliki terhadap hal tersebut.
5) Peserta berpartisifasi secara aktif dalam proses belajar mengajar.
6) Proses belajar dikaitkan dan menggunakan pengalaman peserta.
7) Peserta mempunyai kemajuan terhadap tujuan belajar mereka. [65]
H. Sistematika Pembahasan
Untuk lebih terarahnya penulisan skripsi ini, maka adanya sistematika pembahasan merupakan faktor yang sangat dibutuhkan. Oleh karena itu sistematika pembahasan dalam skripsi ini sebagai berikut:
Bab I membahas tentang pendahuluan yang meliputi penegasan istilah, latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoritik, dan sistematika pembahasan.
Bab II membahas tentang gambaran umum An-Nuur Foundation Jogjakarta yang meliputi letak geografis, sejarah singkat berdirinya, susunan organisasinya, keadaan pengajar dan peserta serta fasilitas yang dimiliki An-Nuur Foundation Jogjakarta.
Bab III membahas tentang pengajaran baca Al-Qur’an di An-Nuur Foundation Jogjakarta (yang dilaksanakan dikantor PWI Jogjakarta) yang meliputi tujuan pengajaran, materi pengajaran, metode pengajaran, alokasi waktu, proses pengajarannya, evaluasi pengajaran, hasil yang dicapai, faktor penghambat dan pendukung.
Bab IV adalah penutup berisi kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.
Dalam skripsi in juga akan disertakan daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup penulis.
Selengkapnya Silahkan >>> DOWNLOAD
Tags: METODE PENGAJARAN BACA AL-QURAN DI AN-NUUR FOUNDATION JOGJAKARTA
0 komentar:
Posting Komentar